Sebaran eskpor kaca
PT Mulia Industrindo
Wialayah | Porsi |
Asia | 80% |
Australia | 8% |
Eropa | 6% |
Afrika | 4% |
Amerika Serikat | 2% |
JAKARTA: Produsen kaca dan keramik PT Mulia Industrindo Tbk memperkirakan penurunan nilai ekspor sebesar 34% tahun ini akibat kenaikan biaya produksi seiring dengan melonjaknya harga gas industri yang ditetapkan oleh PT Perusahaan Gas Negara (PT PGN).
Direktur Mulia Industrindo Hendra Heriyadi Widjonarko menjelaskan akan nilai ekspor akan turun menjadi Rp1,13 triliun pada 2012, dari Rp1,52 triliun tahun lalu.
“Kami akan mengurangi porsi ekspor [terhadap total penjualan]menjadi 27% tahun ini dari 40% tahun lalu,” ujarnya dalam paparan publik di Jakarta hari ini Selasa (12/6).
Emiten berkode MLIA ini mencatat biaya gas yang mencakup 28% total biaya produksi akan berpengaruh secara signifikan terhadap operasional perusahaan. Tahun lalu perusahaan mencatat beban usaha sebesar Rp567,2 miliar.
Sebagai kompensasi terhadap kenaikan biaya tersebut, perusahaan terpaksa menaikkan harga penjualan. Namun, kenaikan harga penjualan akan mengurangi daya saing perusahaan ini dengan negara-negara kompetitor.
“Harga gas di pasar ekspor tidak naik, maka akan mengurangi daya saing kami. Satu-satunya strategi menghadapi ini adalah mengurangi porsi ekspor dan memperbesar pasar domestik,” tuturnya.
Hendra menyebutkan harga gas yang ditetapkan oleh PT PGN untuk industri akan naik menjadi US$10,2 per MMBTU, naik 56% dari US$6,5 per MMBTU. Harga tersebut sudah termasuk dengan toll fee sebesar Rp750 per meter kubik dengan kurs rupiah 9.200 per dolar AS.
Pelemahan rupiah, lanjutnya, dipastikan akan menjadikan harga gas tersebut membengkak karena perusahaan membeli gas dengan nilai tukar dolar AS.
Sementara itu, perusahaan menargetkan nilai penjualan naik 8% dibandingkan tahun lalu. “Kami tahun ini menargetkan kenaikan penjualan sebesar 8% menjadi Rp4,2 triliun selama 2012, dibandingkan Rp3,8 triliun pada tahun lalu,” ujarnya.
Perusahaan yang terafiliasi dengan Mulia Group ini memiliki produk andalan yaitu kaca pengaman otomotif dan sebagai pemasok utama (original equipment manufacturer/OEM) untuk mobil Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. Produk lainnya adalah kaca lembaran, botol kaca, blok kaca, dan keramik.
Pada kuartal pertama tahun ini, emiten berkode MLIA ini mencatat rugi sebelum pajak sebesar Rp46 miliar akibat pelemahan rupiah terhadap dolar. Hendra menjelaskan kerugian valas tersebut terjadi karena sebagian besar utang dan biaya pembelian gas dalam denominasi dolar AS.
Meski demikian, produsen kaca yang berbasis di Jakarta ini masih mencatat laba operasional senilai Rp214,9 miliar selama kuartal pertama 2012, menyusut 0,5% dari Rp216,0 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Penyusutan laba operasional tersebut diakibatkan beban pokok penjualan meningkat 19,8% menjadi Rp870,47 miliar dari Rp726,67 miliar. (sut)
ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
- Indonesia To Build An Oil Refinery Worth IDR90 Trillion
- SUDONO SALIM To Be Rested In Peace In Singapore
- BISNIS INDONESIA HARI INI: Airline Bisa Rugi US$3 Miliar
- HEADLINE HARI INI: Ekonomi Stabil, BI Rate Masih Mantap Di 5,76%
- REKOMENDASI SAHAM: Cermati MEDC, INDF, ANTM, BSDE
- SOCIAL MEDIA: Facebook Meluncurkan Application Center
- PREDIKSI BURSA: IHSG Berpotensi Menguat Terbatas
- EURO 2012: Hasil Dan Prediksi Pertandingan
KATEGORI ARTIKEL LAINNYA: