JAKARTA: Pemerintah mengakui masih ada berbagai kendala mengoptimalkan peranan lembaga inkubator bisnis di perguruan tinggi swasta ataupun negeri untuk meningkatkan peran dan fungsi mendorong kapasitas pelaku usaha mikro, kecil dan menengah.
Choirul Djamhari, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, menjelaskan kendala itu mulai dari sisi pembiayaan operasional lembaga inkubator bisnis hingga persoalan politik ekonomi pembangunan.
”Tuntutan untuk mengoptimalkan peranan lembaga itu banyak sekali, sedangkan kekuatan yang dimiliki saat ini sangat terbatas. Jadi, masih banyak problematikanya, karena program ini tidak mungkin diwacanakan saja,” katanya kepada Bisnis, Rabu, 6 Juni 2012.
Artinya, kata dia, cost and benefit yang dikeluarkan untuk operasional lembaga inkubator itu selama ini kurang ideal. Solusinya adalah, pelatihan melalui inkubasi masih perlu dilakukan secara masal meski kendalanya belum bisa dihapuskan.
Program inkubasi menjadi penting bagi tenant, dalam hal ini pelaku UMKM, karena diyakini berpotensi menumbuhkan wirausaha baru. Sukses rate-nya sampai saat ini memang belum diketahui, namun inensitas inkubasi harus dilakukan demean intensitas lebih tinggi.
Adapun kendala lain yang dihadapi mengembangkan UMKM melalui pusat inkubator perguruan tinggi, meliputi jangka waktu program. Idealnya, kata Choirul, program peningkatan kapasitas SDM UMKM dilaksanakan 3 tahun.Namun realisasi program sampai saat ini masih terbatas setahun. Berarti masih perlu dilakukan penambahan waktu pelatihan 2 tahun lagi.Kementerian Koperasi dan UKM sebenarnya memiliki alokasi pembiayaan, namun jumlahnya terbatas. Mengandalkan anggaran internal perguruan tinggi, juga tidak relevan. Sebab, masing-masing perguruan mengoperasionalkan lembaga incubator dibiayai APBN.Sebenarnya, ungkap Choirul, ada metodologi tepat yang bisa menghasilkan pelaku UMKM tangguh dalam waktu singkat. Yakni, melatih UMKM yang usahanya sudah matang sekitar 90%. “Tenant kategori ini sangat mudah membimbingnya.”
Akan tetapi, karena kelancaran program ini masih tergantung dari APBN, maka UKM yang akan mengikuti program inkubasi masih dipilih-pilih kategorinya.
”Kendala lain adalah kapasitas SDM tenaga pembimbing di perguruan tinggi. Kapasitas mereka juga masih perlu ditingkatkan, dan kami telah memberi pelatihan. Untuk mengetahui hasilnya, juga perlu waktu,” ungkap Choirul. (bas)
BERITA LAINNYA: