Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

 

BANDUNG : Masyarakat Singkong Indonesia menilai minimnya produktivitas tanaman palawija akibat sempitnya lahan pertanian dapat diselesaikan dengan cara memanfaatkan lahan terlantar.
 
 
 
Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Suharyo Husen mengatakan luas lahan yang biasa digarap petani hanya sekitar 0,25 hektare, sehingga petani kesulitan untuk meningkatkan produktivitas palawija.   
 
 
"Lahan terlantar di Jawa Barat yang bisa digarap itu banyak sekali, dan sebagian besar dimiliki oleh perusahaan swasta," katanya baru-baru ini.
 
 
Menurutnya Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 2010 tentang penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar dapat menjadi momentum bagi petani palawija untuk memanfaatkan lahan tidur yang ada di Jawa Barat, sehingga keluhan seperti kurangnya lahan atau modal dari petani tidak akan muncul.
 
 
Namun pemanfaatan lahan terlantar harus dilakukan petani dengan cara membentuk organisasi yang tercatat dalam Kementerian Dalam Negeri atau pemerintah daerah. Organisasi ini perlu dibentuk untuk menghindari terjadinya penyerobotan lahan, serta memberikan posisi tawar petani.
 
 
 
Dia mengatakan perlu adanya peran pemerintah sebagai regulator dalam mempertemukan antara pihak swasta sebagai pemilik lahan dan petani dalam pemanfaatan lahan terlantar.
 
 
"Harus ada perjanjian yang terikat dengan hukum antara pihak pemilik lahan dan petani, sehingga diharapkan tidak muncul masalah di kemudian hari. Contohnya seperti kesepakatan penggunaan waktu lahan,” ujarnya.
 
 
Suharyo menuturkan organisasi yang dipimpinnya telah mencoba melaksanakan pemanfaatan lahan terlantar di beberapa daerah, di antaranya Cianjur 50ribu hektare, dan Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah 90ribu hektare, dengan bantuan mediasi dari pemda setempat.
 
 
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat Uneef Primadi mengatakan permasalahan minimnya pemanfaatan lahan tidur biasanya datang dari pemilik lahan.
 
 
“Mereka enggan menyewakan lahannya kepada petani karena khawatir muncul masalah sengketa lahan dengan petani, sehingga malah menambah masalah baru saja,” tuturnya.
 
 
Dia menyebutkan terdapat 8.932 hektare lahan tidur di Jawa Barat dari total lahan 1,5 juta hektare. Lahan tidur itu terdiri dari beberapa jenis, seperti pekarangan 127.045 hektare, tegal 561.150 hektare, ladang 226.801 hektare, penggembala 27.153 hektare, kolam 29.096 hektare, dan perkebunan rakyat 226.075 hektare.
 
 
Dia menuturkan pihaknya berusaha mengembangkan kemitraan antara petani dengan pengusaha untuk memanfaatkan lahan tidur, bahkan setiap dua bulan sekali selalu menjaring pengusaha yang mau bermitra dengan petani.  
 
 
"Kami memang sedang berusaha untuk mampu memanfaatkan lahan terlantar ini karena sangat bermanfaat untuk menambah luas areal penanaman palawija, selain itu juga sejalan dengan program diversifikasi tanaman pangan dari pemerintah, " katanya.(msb)
 
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Ringkang Gumiwang

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper