Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI SEPATU RI ambisi kuasai 10% pasar Asia Tenggara

JAKARTA: Produsen sepatu nasional berambisi menguasai 10% pasar sepatu Asia Tenggara pada tahun ini, yang dimulai dengan membuka toko baru sekaligus memperkenalkan 10 merek lokal di Malaysia, Thailand, dan Filipina.

JAKARTA: Produsen sepatu nasional berambisi menguasai 10% pasar sepatu Asia Tenggara pada tahun ini, yang dimulai dengan membuka toko baru sekaligus memperkenalkan 10 merek lokal di Malaysia, Thailand, dan Filipina.

 

Eddy Wijanarko, Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), menuturkan industri sepatu nasional saat ini dihadapkan sejumlah kendala, a.l. merosotnya permintaan dari pasar Eropa akibat krisis yang melanda kawasan tersebut.

 

“Untuk itu kami berpikir untuk memperluas pasar, terutama menguasai 10% pasar sepatu Asean pada tahun ini,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu, 13 Mei 2012.

 

Malaysia, katanya, menjadi pasar pertama yang akan dijajaki untuk membuka sejumlah toko baru sekaligus memperkenalkan delapan merek sepatu lokal, a.l. Mario Minardi dan Gino Mariani.

 

Selama ini baru ada dua produk sepatu Indonesia yang bisa masuk ke pasar Malaysia, yakni Andre Valentino dan Rotelli. Sementara di Tanah Air selama ini sudah beredar puluhan merek sepatu asal Malaysia.

 

“Selama ini pasar kita di Malaysia kecil sekali, di bawah 1%. Dengan itu 10 merek [sepatu yang masuk] diharapkan tahun ini bisa meningkat menjadi 5%,” katanya.

 

Untuk itu, lanjutnya, Aspirindo telah membuat nota kesepahaman dengan [rodusen sepatu Malaysia terkait pertukaran informasi dan peningkatkan kapasitas ekspor dan impor sepatu olahraga.

 

Tidak hanya ke Malaysia, lanjut Eddy, rencananya produk-produk sepatu Indonesia juga diupayakan menembus pasar Thailand dan Filipina. 

 

“Selama ini di Thailand dan Filipina itu baru mengenal satu atau dua merek sepatu kita. Kami akan upayakan setidaknya jadi 10 merek sepatu masuk sana sehingga bisa meningkatkan pasar kita di sana masing-masing menjadi sekitar 3% [2012],” jelasnya.

 

Eddy Wijanarko mengungkapkan industri sepatu nasional saat ini tidak hanya dihadapkan apda persoalan pasar yang menciut di kawasan Eropa, tetapi juga kerap dibuat bingung oleh inkonsistensi kebijakan lintas kementerian.

 

Selain itu, masalah tenaga kerja cekatan yang terlalu terkonsentrasi di sedikit wilayah, seperti Tangerang dan Bandung, juga menjadi kendala untuk melakukan perluasan usaha ke wilayah lain di Tanah Air.

 

“Tahun ini beberapa industri akan mengalihkan pabriknya ke Jawa Tengah,” katanya.

 

Kendati demikian , Aspirindo optimistis ekspor sepatu Indonesia akan tumbuh 10% pada tahun ini dengan omset diperkirakan mencapai US$3,6 miliar, meningkat US$300 juta dari pencapaian tahun lalu yang sekitar US$3,3 miliar.

 

Sebelumnya, Direktur Industri Tekstil dan Aneka Ditjen Basis Industri Manufaktur Ramon Bangu  mengklaim kualitas sepatu buatan Indonesia jauh lebih baik dibandingkan produk sejenis asal negara-negara tetangga di kawasan Asean.

 

 

Alih basis produksi

Hal itu mendorong sejumlah perusahaan sepatu dunia untuk mengalihkan basis produksinya ke Indonesia, terlebih dari sisi upah buruh relatif masih belum terlalu tinggi.

 

"Pertumbuhan ekspor sepatu kita bisa lebih dari 7% [pada tahun ini] karena banyak yang mengalihkan order ke Indonesia," jelasnya, baru-baru ini.

 

Menurutnya, sejak dahulu pesaing berat Industri sepatu Indonesia adalah industri-industri yang basis produksinya di Pantai Timur China. Namun, meningkatnya upah buruh di Pantai Timur China membuat mereka berpikir untuk mengalihkan pabriknya ke Vietnam atau Indonesia.

 

"Mereka bisa saja pindah ke China bagian tengah, tetapi karakter buruh disana suka ngambek. Pilihannya tinggal ke Vietnam atau Indonesia," katanya.

 

Dari sisi upah buruh, lanjutnya, Indonesia kalah murah ketimbang Vietnam, tetapi unggul dari segi kualitas.

 

Karenanya perlu semacam insentif atau dukungan teknologi untuk menjamin mutu guna menarik minat investor. "Macam-macam jenis sepatu kita yang diminati, a.l. Sepatu olah raga," ucapnya.

 

Permintaan sepatu dari dalam negeri juga masih akan besar, prediksi Ramon, seiring meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat.

 

"Pasar dalam negeri tumbuh karena income per kapita naik. Jadi demand pasti naik," tuturnya.

 

Raymon menyebut sejumlah merk sepatu internasional yang kini membuka pabrik di Tanah Air, a.l. Clark, Timberland, Echo, dan Fortuna. (Bsi)

 

+ JANGAN LEWATKAN:

>>> 10 ARTIKEL PILIHAN REDAKSI HARI INI

>>> 5 KANAL TERPOPULER BISNIS.COM

>>> 10 ARTIKEL MOST VIEWED BISNIS.COM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper