Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berobat di Medan mahal & diagnosis salah, warga Sumut pilih Penang & Singapura

MEDAN: Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Sumut memperkirakan dana dari Sumatra Utara yang mengalir untuk biaya berobat ke luar negeri setiap tahun diperkirakan mencapai Rp3 triliun-Rp4 triliun.

MEDAN: Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Sumut memperkirakan dana dari Sumatra Utara yang mengalir untuk biaya berobat ke luar negeri setiap tahun diperkirakan mencapai Rp3 triliun-Rp4 triliun.

 

Azwan Hakim Lubis, Ketua Persi Sumut mengutip data yang dikeluarkan PBB bahwa biaya pengeluaran masyarakat Indonesia untuk berobat ke luar negeri mencapai Rp30 triliun-Rp40 triliun per tahun.

 

“Dari Sumut saja devisa yang terkuras untuk berobat ke luar negeri diperkirakan mencapai Rp3 triliun-Rp4 triliun setiap tahun,” ujarnya kepada wartawan di Medan Sabtu 12 Mei 2012.

 

Menurut dia, hal ini terjadi karena banyak rumah sakit di Sumut samai saat ini belum diakreditasi sesuai dengan standar internasional.

 

Dari 180 rumah sakit yang beroperasi di Sumut, kata dia, baru 30% yang sudah terakreditasi. Sisanya, kata dia, belum diakreditasi oleh instansi terkait.

 

Melihat pelayanan rumah sakit di Sumut yang belum seluruhnya memenuhi standar internasional,tuturnya, banyak masyarakat Sumut lari berobobat di Malaysia dan Singapura.

 

Berdasarkan pengalaman Bisnis yang berkali-kali berobat ke Penang Malaysia, dari lima rumah sakit besar di Penang a.l. Adventis Hospital, Iland Hospital, Lam Woh Whey, Gleneagless Hospital seluruhnya dipenuhi pasien dari Indonesia.

 

“Hampir 3.000 orang per hari masyarakat Indonesia khususnya dari Sumut berobat ke Penang, Malaysia,” katanya.

 

Demikian juga di Singapura. Golongan berpenghasilan tinggi, lebih memilih Singapura sebaga tempat berobat, misalnya, di Mount Elisabeth. “Banyak orang kaya dari Medan kalau mau berobat ke Singapura mencarter pesawat khusus.”

 

Diagnosis salah

Beberapa pasien yang pernah dijumpai Bisnis di Penang mengakui mereka terpaksa berobat ke Malaysia karena diagnosis dokter di Sumut sering salah.

 

Kemudian, kata dia, dokter di Sumut khususnya di Medan sudah terlalu materialistis dengan menjadikan masyarakat yang sakit sebagai objek cari duit.

 

Banyak pasien yang semestinya bisa sembuh dalam waktu seminggu, selalu disarankan dokter datang berobat ke tempat praktik denga tarif yang lebih mahal. Kalau penyakitnya sembuh, masih ada kepuasan.

 

“Ini duit sudah habis, penyakit tidak kunjung sembuh,” tutur beberapa pasien yang sudah akrab dengan sejumlah dokter di Adventis Hospital.

 

Maruli, seorang pasien mengaku salah diagnosa oleh dokter di Medan. Dia disebut terkena penyakit TBC dan dianjurkan memakan obat secara terus menerus selama delapan bulan.

 

Setelah cek di Penang, kata Maruli, ternyata penyakitnya bukan TBC, namun ada lobang kecil di paru-paru akibat terlalu kuat merokok.

 

“Saya mendapatkan dampak hampir menghancurkan liver karena sempat sebulan memakan obat TBC. Kaki juga sempat kram-kram. Dokter di Penang memberikan obat untuk memperbaiki kondisi hati yang sempat terganggu akibat makan obat TBC,” tuturnya. (Bsi)

 

+ JANGAN LEWATKAN:

 

>>> 10 ARTIKEL PILIHAN REDAKSI HARI INI

>>> 5 KANAL TERPOPULER BISNIS.COM

>>> 10 ARTIKEL MOST VIEWED BISNIS.COM

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper