Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI OTOMOTIF: Agen pemegang merek kurang happy

 

 

 

JAKARTA: Pemerintah sulit membuat agen pemegang merek merasa happy memproduksi varian mobil berbahan bakar gas dengan menambah perangkat converter kit pada setiap unitnya karena tidak menguntungkan bagi bisnisnya secara global.

 

Koordinator Komite Penghapusan Bensi Bertimbel Ahmad Syafrudin mengatakan memproduksi varian mobil berbahan bakar gas (BBG) bagi agen pemegang merek menjadi ekstra merepotkan karena harus keluar dari spesifikasi produk masalnya untuk pasar global.

 

“Pemerintah sulit membuat mereka happy untuk memproduksi mobil berbahan bakar gas karena harus dibuat spesifik dari produk masalnya, disamping belum ada jaminan pasokan bahan bakar gas dan infastruktur pendukungnya di Tanah Air,” katanya di Jakarta hari ini.

 

Menurutnya, agen pemegang merek memproduksi mobil secara masal yang didesain menggunakan bahan bakar minyak (BBM) untuk dipasarkan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga diekspor ke berbagai negara yang tidak mengharuskan kendaraan berbahan bakar gas.

 

Syafrudin menjelaskan pemerintah sejauh ini terkesan tidak serius dalam upaya menekan penggunaan BBM subsidi untuk menghemat anggaran pendapatan dan belanja negara, yang antara lain dilakukan dengan menggalakkan konsumsi BBG bagi kendaraan bermotor.

Jika pemerintah serius mendorong pemanfaatan BBG, lanjutnya, masyarakat pengguna kendaraan bermotor akan tertarik karena harganya relatif murah hanya sekitar Rp1.300-Rp3.100 per liter skala premium, atau lebih rendah dari harga solar dan premium Rp4.500 per liter.

 

Dia mengatakan pemerintah harus bersungguh-sungguh mendorong penggunaan BBG sebagai pengganti BBM untuk kendaraan bermotor dengan memberikan jaminan pasokan bahan bakar alternatif, infrastruktur pendukung dan regulasi untuk payung hukumnya.  

 

Sementara itu Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia  Sudirman MR membenarkan ketidak jelasan jaminan pasokan BBG dan keterbatasan infrastruktur pendukungnya menjadi alasan industri otomotif dan konsumen belum tertarik memakai BBG.

 

“Kalau ada jaminan pasokan dan ketersediaan infrastrukturnya, industri akan tertarik,” ujarnya menjelang di sela-sela peluncuran dua varian produk terbaru BMW X3 hasil rakitan pabriknya di Sunter Jakarta.(msb)

 

BACA JUGA:

>>Jangan Wait & See, Kejarlah Dolar & Obligasi

>>Sampoerna serious on bank business

>>BI Tak Bisa Mediasi Bos Femina vs Citibank Gara-Gara Potensi Keuntungan

>> SUKHOI CRASH: Police to identify victim's family to match with bodies

10 ARTIKEL PILIHAN Hari Ini

 5 Kanal TERPOPULER Bisnis.com

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Nurudin Abdullah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper