PASURUAN: Industri mikro kecil kripik gadung (umbi-umbian sejenis talas) di Kab. Pasuruan, Jawa Timur, mampu meningkatkan penjualan ke toko oleh-oleh di sejumlah kabupaten di Jatim dan Bali, dengan mempercantik kemasan atas produk makanan ringan yang renyah itu.Produk makanan tradisional itu semakin bernilai komersial, setelah pola pemrosesan yang dilakukan produsen mampu menghilangkan kandungan asam biru atau HCN dalam umbi-umbian tersebut. Unsur asam biru dapat menimbulkan pengonsumsi kripik gadung mabuk.Hadi Prayitno, produsen kripik gadung asal Desa Gunting, Kab. Pasuruan, mengaku produk kripik gadung telah lama dikenal masyarakat di Jawa Timur, tetapi pemasarannya semula masih terbatas.Menurut dia, faktor penyebab terbatasnya pemasaran adalah pemrosesan kripik gadung yang dilakukan sebagian produsen kurang sempurna, sehingga banyak pengonsumsi makanan ringan itu menjadi mabuk.
Unsur asam biru dalam gadung dapat dihilangkan dengan memeram umbi-umbian itu menggunakan abu kayu bakar dan garam selama 24 jam.Selain itu, pengemasan kripik gadung sangat sederhana, sehingga komoditas itu hanya dapat diserap warung-warung kecil atau pasar tradisional.“Kami sejak beberapa tahun terakhir mampu memperluas pemasaran kripik gadung melalui perbaikan kemasan, dengan diberi label serta pencantuman sertifikat penyuluhan industri rumahtangga (P-IRT) dari Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan,” ujarnya kepada Bisnis, hari ini (Rabu, 21 Maret).Menurut dia, pengetahuan tentang perbaikan kemasan itu diperoleh sesudah mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna. Fasilitas pelatihan usaha milik PT HM Sampoerna Tbk yang berlokasi di Sukorejo, Kab. Pasuruan, itu ditujukan terhadap calon pengusaha maupun pengusaha kecil, dengan menyiapkan berbagai layanan terkait peningkatan skala usaha.(api)