HONG KONG: Indonesia Port Corporation (IPC)—nama baru PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II— mengeluarkan kebijakan baru mulai 1 Juli 2012 yang mengharuskan seluruh produk curah seperti beras, gula, terigu, dan semen harus dikemasan ukuran besar untuk meningkatkan kapasitas bongkar muat di pelabuhan.
Presdir Indonesia Port Corporation II R.J. Lino mengatakan secara resmi telah menginformasikan kebijakan baru tersebut kepada seluruh stake holder di pelabuhan, terutama pihak pemilik barang diantaranya Perum Bulog, PT Pupuk Sriwijaya dan PT Bogasari.
“Kami secara resmi sudah menyampaikan kebijakan baru itu dan respon mereka sangat positif, karena mengetahui manfaatnya baik untuk perusahaannya maupun pelabuhan,” katanya saat mengikuti seminar TOC Container Supply Chain: Asia di Hong Kong hari ini.
Menurutnya, kemasan produk curah seperti beras, gula, terigu dan semen harus berukuran besar mencapai sekitar 1 ton per unit atau jika masih bertahan dengan ukuran 40-50 kg per kantong agar dikumpulkan dalam satu kantong besar.
Untuk itu, lanjutnya, Indonesia Port Corporation telah melengkapi Tanjung Priok Jakarta dan pelabuhan lain miliknya dengan alat pendukung berkapasitas 30 ton per sekali angkut.
Lino menjelaskan para pemilik barang tidak keberatan menambah sedikit biaya untuk menyesuaikan kemasan produknya dengan kebijakan baru di pelabuhan, karena keuntungan dan manfaat yang didapat justru lebih besar.
Sebab, dengan proses bongkar muat yang lebih cepat maka waktu dan biaya sandar kapal dapat ditekan secara signifikan. Adapun selisih biaya itu diberikan kepada konsumen dalam bentuk harga jual yang lebih murah.
“Jika selama ini bongkar muat barang milik Perum Bulog di pelabuhan perlu waktu hingga sekitar 20 hari, dengan perubahan kemasannya dapat ditekan menjadi di bawah 10 hari. Selisih biayanya diberikan kepada masyarakat dalam bentuk harga jual yang lebih rendah,” ujarnya.
Lino menjelaskan perubahan pola pengemasan barang merupakan bagian dari strategi Pelindo II untuk meningkatkan produktivitas dan efesiensi, terutama di pelabuhan Tanjung Priok agar dapat bersaing dengan pelabuhan internasional lainnya.
Adapun strategi yang telah dilaksanakan adalah peningkatkan jam operasi pelabuhan menjadi 24 jam dalam 7 hari dari sebelumnya hanya sampai pukul 17.00 sore, serta menambah kren atau alat bongkar muat di pelabuhan.
Sementara itu Project Manager Officer New Priok PT Pelindo II Dani Rusli Utama mengatakan bagi pemilik kapal, proses bongkar muat yang lebih cepat dapat menekan biaya operasi antara lain dari komponen tarif sandar US$3.000 per hari, konsumsi bahan bakar dan air bersih.
“Jika hanya dihitung dari tarif sandar maka semakin lama kapal di pelabuhan, uang yang didapat lebih banyak. Tetapi, kondisi tersebut tidak kami harapkan karena justru menurunkan kapasitas dan produktifitas pelabuhan,” ujarnya.
Menurutnya, selain mendorong peningatan ritasi atau perjalanan kapal dengan melalui percepatan bongkar muat di pelabuhan, Pelindo II juga mengusahakan agar semua barang cepat keluar dan tidak menumpuk terlalu lama di pelabuhan dengan memberlakukan tarif progresif atau penalti. (sut)