JAKARTA: Permintaan lahan industri kawasan industri Ngoro Industrial Park (NIP), Mojokerto, Jawa Timur melonjak terkait dengan maraknya ekspansi sejumlah perusahaan Asia dan Eropa yang ingin meningkatkan kapasitas produksinya.General Manager NIP Wihardi Hosen mengungkapkan jumlah permintaan lahan industri dari perusahaan-perusahaan skala besar meningkat signifikan sejak 2010.Beberapa grup perusahaan global yang berasal dari Jepang, Taiwan, Korea, Perancis, dan Peru berekspansi meningkatkan kapasitas produksinya dengan membangun pabrik baru di kawasan NIP.“Luas lahan yang dibutuhkan setiap perusahaan cukup besar, 5-20 hektare. Mereka ingin membangun pabrik baru untuk mendongkrak kapasitas produksi, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pasar di kawasan Indonesia Timur,” ujar Wihardi dalam siaran pers di Jakarta (09/02).Dia memaparkan salah satu contoh adalah produsen popok bayi dan perlengkapan wanita terkemuka PT Unicharm Indonesia menandatangani perjanjian pembelian lahan seluas 20 hektare di Blok D2, kawasan NIP II.Unicharm Indonesia adalah anak perusahaan Unicharm Corporation, salah satu produsen perlengkapan bayi dan kosmetik terbesar di Asia, yang berkantor pusat di Jepang.Dalam kesepakatan kerjasama ini, Unicharm Corporation lewat anak purusahaannya akan membangun pabrik baru.NIP merupakan kawasan industri teritegrasi yang berlokasi di kaki gunung Penanggungan, kecamatan Ngoro, Mojokerto, Jawa Timur.Pengembangan tahap I dimulai sejak 1991 dengan total area 215 hektare, termasuk kawasan berikat atau Export Processing Zone (EPZ).Pengembangan tahap IIKawasan industri ini dikembangkan oleh PT Dharmala RSEA Industrial Estate, perusahaan patungan antara PT Intiland Sejahtera, anak perusahaan PT Intiland Development Tbk dengan RSEA Engineering Corporation, Taiwan.
Sejak Agustus 2010, Intiland mengambil inisiatif untuk mengembangkan NIP tahap II seluas 350 hektare.PT Intiland menargetkan dapat memasarkan sedikitnya 40 hektare lahan industri, sama seperti tahun lalu.Tingkat kebutuhan lahan tersebut jauh lebih besar dibandingkan sebelum 2010 yang rata-rata hanya 5-10 hektare per tahun.“Membaiknya tren investasi menyebabkan kebutuhan investor terutama asing terhadap lahan kawasan industri meningkat signifikan dalam setahun terakhir. Sejak awal 2011, kami mendapatkan banyak permintaan lahan skala besar untuk pendirian pabrik baru di Ngoro,” ujar Wihardi.Di sisi lain, Rivan Munansa, Associate Director Industrial Services Colliers International Indonesia, mengatakan fenomena yang sering terjadi adalah masih tingginya permintaan lahan industri di tengah keterbatasan lahan. Dia memaparkan sedikitnya dalam 2 tahun terakhir, masalah itu terus terjadi."Hal itu yang membuat harga lahan akan meningkat. Kami memperkirakan pertumbuhan harga bisa mencapai 40%, karena pengembang akan menjual harga lebih tinggi akibat keterbatasan tanah," ujar Rivan kepada pers beberapa waktu lalu di Jakarta.Menyiasati permintaanDia mengungkapkan dengan semakin keterbatasan lahan, sejumlah pengembang tetap menjual lahan yang masih belum siap sepenuhnya untuk dikembangkan sebagai kawasan industri.Hal tersebut merupakan upaya menyiasati banyaknya permintaan dari industri yang membutuhkan lahan untuk ekspansi bisnisnya.Di kawasan Jabodetabek, Data Colliers menyatakan Karawang masih memberikan kontribusi terbesar untuk lahan industri selama 2011 yakni mencapai 36%.Disusul daerah lainnya yaitu Bekasi (26%), Serang (21%), Jakarta (10%), Tangerang (5%) dan Bogor (2%).Total penjualan lahan pada akhir tahun lalu mencapai 1.238 hektare atau meningkat sekitar 228% dibandingkan periode 2010 yakni 543 hektare. (Bsi)