Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KALIBRASI PENERBANGAN: RI siap jadi pusat kalibrasi alat navigasi

 Koleksi pesawat Balai Kalibrasi Fasilitas PenerbanganPesawat  Jumlah King Air 2 unitLearjet4 unitTBM 700 4 unitSumber: Kemenhub  

 

Koleksi pesawat Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan
Pesawat  Jumlah 
King Air 2 unit
Learjet4 unit
TBM 700 4 unit
Sumber: Kemenhub 

 

TANGERANG: Menteri Perhubungan E.E Mangindaan menyatakan Indonesia siap menjadi pusat kalibrasi atau tera ulang fasilitas penerbangan di kawasan Asia Tenggara, karena tidak semua negara memilikinya dan yang dimiliki Indonesia saat ini sudah bertaraf internasional. 
 
Pernyataan Menhub ini setelah meresmikan gedung kantor Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan satu-satunya di Indonesia yang akan melakukan tera ulang atau pemeriksaan kelaikan alat-alat navigasi di bandara seluruh Indonesia. 
 
"Balai kalibrasi fasilitas penerbangan ini merupakan satu-satunya di Indonesia dan sangat penting bagi keselamatan penerbangan," kata Menhub dalam peresmian Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan di Curug, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten hari ini.
 
Peresmian juga dihadiri Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S. Gumay, Dirjen Perhubungan Laut Leon Muhamad, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Bobby R. Mamahit dan jajaran dari Kemenhub.
 
Dia menambahkan diharapkan balai ini dapat melayani kalibrasi untuk negara-negara tetangga, karena tidak semua negara memiliki balai kalibrasi penerbangan.
 
"Dengan demikian, dalam pengelolaan balai kalibrasi ini bisnis prosesnya juga harus luas, kalibrasi satu-satunya disini di Indonesia, tidak semua negara punya pusat fasilitas kalibrasi, bisa kerjasama dengan negara tetangga, nanti negara-negara lain bisa menggunakan fasilitas disini," tutur Mangindaan. 
 
Pada kesempatan yang sama, Herry Bakti mengatakan untuk kegiatan kalibrasi sebelumnya menggunakan perkantoran satu hanggar di kawasan yang sama, berdekatan dengan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug. Proses pembangunan gedung kalibrasi ini masuk anggaran 2011 senilai Rp8,68 miliar. Gedung ini terdiri dua lantai seluas 1.500 m2.
 
"Sesuai dengan Keputusan Menteri No.29/2002, balai kalibrasi memiliki tugas untuk menguji alat bantu navigasi udara, pendaratan, komunikasi penerbangan, laboratorium penerbangan," katanya.
 
Dalam balai kalibrasi ini, lanjutnya, ada 118 pegawai, di antaranya 64 profesional yakni pilot, teknisi dan engineering, empat orang tenaga pendukung pendukung, dan 50 tenaga administrasi serta keamanan. Balai ini memiliki 10 pesawat yang bertugas melakukan kalibrasi untuk bandara-bandara di Tanah Air. 
 
"Tahun ini juga akan ada penambahan satu unit pesawat lagi dan tahun depan dua unit lagi," kata Herry.
 
Pesawat-pesawat tersebut dilengkapi alat-alat kalibrasi yang bertugas melakukan tera ulang atau pemeriksaan terhadap alat-alat navigasi yang biasanya berada di bandara. Pesawat yang digunakan antara lain jenis King Air sebanyak dua unit, Learjet empat unit, TBM 700 empat unit. 
 
"Pesawat-pesawat ini akan mendatangi bandara yang akan dilakukan kalibrasi. Pesawat sudah dilengkapi fasilitas yang canggih untuk dapat melakukan kalibrasi," tuturnya.
 
Herry menjelaskan maintenance kalibrasi ditentukan secara periodik untuk setiap fasilitas navigasi di setiap bandara. Misalnya untuk alat air traffic services (ATS) perlu diperiksa enam bulan sekali. 
 
Kepala Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan Bagus Sundjoyo mengatakan harga King Air jet satu unitnya US$17 juta, dan King Air propeler US$7 juta. Pesawat ini bisa terbang non stop 4,5 jam.
 
Sasar negara tetangga
 
Menhub menargetkan balai kalibrasi fasilitas penerbangan ini mampu melayani bandara-bandara di luar negeri khususnya negara-negara tetangga. Hal ini karena tidak semua negara memiliki balai kalibrasi penerbangan.
 
Mangindaan mencontohkan Singapura tidak memiliki balai kalibrasi. Di Asia Tenggara, negara yang memiliki diantaranya Malaysia dan Thailand.
 
"Dulu pernah dari Myanmar dan Bangladesh memakai fasilitas kalibrasi kita," kata Menhub setelah bertanya kepada Kepala Balai.
 
Herry Bakti menjelaskan Indonesia membutuhkan balai kalibrasi penerbangan. Hal ini mengingat yang dikalibrasi itu fasilitas peralatan bandara yang berada di darat. Indonesia memiliki ratusan bandara, yakni 25 yang dikelola Angkasa Pura dan 167 bandara Unit Pelayanan Teknis (UPT).
 
"Pasar di dalam negeri kita sendiri saja sudah banyak. Namun kita juga menargetkan dapat melayani bandara-bandara yang dekat dengan Indonesia," tutur Herry. 
 
Dengan jumlah bandara sampai ratusan, lanjutnya, di Asia Tenggara, jumlah bandara Indonesia tercatat paling banyak. Australia cuma memiliki tiga bandara. 
 
Herry juga mengatakan Balai Kalibrasi Indonesia sudah masuk dalam International Calibration Services Provider Organisation (ICSPO). "Dengan demikian, balai kalibrasi kita sudah bertaraf internasional," tuturnya. (sut)

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper