Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PRODUKSI PADI: Dryer tekan susut panen 2,18%

 

 

JAKARTA: Kementerian Pertanian mengklaim penggunaan alat pengering padi (dryer) dapat mengurangi tingkat susut atau kehilangan pasca panen sebesar 2,18%.
 
Sementara itu, Kementerian Pertanian hanya menyalurkan bantuan pengering padi (dryer) pada 2011 sebanyak 231 unit yang berasal dari dana APBN-P 2011.
 
Direktur Pasca Panen Ditjen Tanaman Pangan Kementan Pending Dadih Permana mengatakan penggunaan dryer itu dapat mengurangi tingkat susut dan kehilangan (losses) pasca panen sebesar 2,18%. Rata-rata tingkat kehilangan pasca panen padi saat ini sekitar 13% dari total produksi beras petani.
 
"Kapasitas per dryer itu 3,5 ton per hari. Kami bagikan bantuan dryer itu ke 16 provinsi, itu sebagai stimulan petani untuk memiliki alat pengering tersebut," ujarnya kepada Bisnis hari ini.
 
Menteri Pertanian menyatakan saat ini pihaknya sedang mengajukan pencairan dana kontigensi untuk bantuan 1.000 unit alat pengering padi.
 
Dadih menuturkan bantuan alat pengering padi pada akhir tahun lalu itu diharapkan dapat bermanfaat bagi petani pada saat panen raya yang diperkirakan dimulai pada Maret mendatang. Harga alat pengering itu Rp180 juta per unit.
 
Menurutnya, bantuan itu dibagikan terhadap setiap gabungan kelompok petani (gapoktan). Dadih menjelaskan biaya pengeringan dengan menggunakan dryer hanya Rp72-Rp75 per kg, sedangkan dengan menggunakan lantai jemur (cara tradisional) membutuhkan biaya Rp140 per kg.
 
Target Kementan tahun ini, produksi gabah sebanyak 72,02 juta ton gabah kering giling. Jika, pengeringan gabah mengggunakan alat tersebut, maka dapat mengurangi tingkat kehilangan pasca panen sebesar 1,57 juta ton GKG.
 
Menurutnya, bahan bakar alat pengering itu berupa sekam atau kulit beras, sehingga gapoktan pemilik alat itu harus bekerja sama dengan penggilingan padi untuk mendapatkan sekam tersebut.
 
Kementerian Pertanian sedang mengajukan pencairan dana kontigensi untuk pengadaan 1.000 dryer (pengering padi) untuk dialokasikan ke daerah sentra produksi padi dalam menghadapi curah hujan yang cukup tinggi. "Secara bertahap. Kita programkan soal dryer ini,”
 
Mentan mengatakan berdasarkan ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, iklim tahun ini normal. Namun, curah hujan pada Januari-Februari tahun ini cukup ekstrim, sehingga butuh alat bantu pengering padi. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper