Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penghiliran industri sawit belum prioritas

BANDUNG: PT Astra Agro Lestari Tbk menilai belum saatnya bagi perusahaan memprioritaskan ekspansi bisnis kelapa sawit ke sektor hilir karena kebutuhan produk hilir minyak sawit mentah di dalam negeri masih sangat rendah.Pada sisi lain, kebutuhan dunia

BANDUNG: PT Astra Agro Lestari Tbk menilai belum saatnya bagi perusahaan memprioritaskan ekspansi bisnis kelapa sawit ke sektor hilir karena kebutuhan produk hilir minyak sawit mentah di dalam negeri masih sangat rendah.Pada sisi lain, kebutuhan dunia terhadap minyak sawit mentah (CPO/crude palm oil) dari Indonesia masih cukup besar.

“Untuk melakukan penghiliran kelapa sawit saat ini belum prioritas karena Astra Agro masih fokus memproduksi dan menjual CPO,” kata Santosa, Direktur PT AAL dalam Workshop Wartawan Industri 2011, hari ini.Untuk produk CPO paling hilir, jelasnya, perseroan sampai hanya memproduksi minyak goreng. Itu pun kapasitasnya masih sangat terbatas. Menurut dia, kapasitas produksi minyak goreng Astra Agro baru mencapai 300 ton per hari sedangkan perusahaan minyak goreng skala besar lainnya telah memproduksi minyak goreng 2.000 – 2.500 ton per hari.“Kalau kita membuat pabrik minyak goreng baru, paling hanya bisa dialokasikan untuk pasar ekspor. Itu pun tidak mudah karena membutuhkan investasi refinery [CPO mill] yang besar. belum lagi biaya untuk membangun jaringan distribusi dan penguatan merek di luar negeri,” tuturnya.Meski demikian, lanjutnya, AAL bukan berarti menolak kebijakan pemerintah yang mendorong penghiliran sektor industri. Dia menilai iklim bisnis dan skema kebijakan yang mendorong penghiliran industri kelapa sawit sampai saat ini belum mendukung.Sejumlah insentif fiskal seperti penerapan bea keluar untuk produk hilir minyak sawit selalu berubah-ubah. Sementara itu, perseroan tak ingin negara lain menerapkan bea masuk jika produk hilir sawit dari Indonesia membanjiri negara-negara tujuan ekspor.Dari total produk hilir kelapa sawit yang sudah tersedia di dalam negeri, lanjutnya, perkembangannya dinilai belum terlalu besar sehingga kebutuhan bahan baku seperti CPO dan PKO (palm kernell oil) untuk produk hilir sawit masih sangat terbatas.“Dari total kapasitas CPO nasional sebesar 20 juta – 22 juta ton per tahun, tetap akan ada tambahan investasi untuk hilirnya sebanyak 6 – 7 refinery besar dengan kapasitas 1.000 ton per hari. “Dari investasi ini saja bisa memberikan tambahan produksi 2,5 juta – 3 juta ton. Secara otomatis penyerapan sawit akan lebih tinggi,” katanya.Sampai saat ini, total kebun sawit yang dioperasikan AAL di seluruh Indonesia mencapai 265.000 hektare dan 22 unit CPO mill dengan total produksi CPO sebesar 1.050 ton per jam.Produksi pada 9 bulan pertama 2011 diakuinya meningkat 19,8% dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun lalu dari 77,2 ton menjadi 930,8 ton. Sementara itu, harga bulanan CPO pada periode tersebut meningkat 16,5% dari Rp6.677 per kg menjadi Rp7.776 per kg.“Agar produksi CPO terus bertambah, sampai sekarang kami masih menjajaki pengembangan lahan sawit dan perawatan tanaman di Aceh, Kalimantan Timur hingga Sulawesi,” katanya.Adapun, kebutuhan investasi untuk perawatan kebun secara rutin dan infrastruktur masih dikaji. Namun, lanjutnya, kebutuhan rutin belanja modal (capital expenditure) perseroan berkisar Rp1 triliun – Rp1,5 triliun untuk terus memacu pertumbuhan. (faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper