Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Arus impor tekstil dan produk tekstil (TPT) yang kian deras menyebabkan perubahan komposisi TPT impor dan domestik di pasar dalam negeri. 
 
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengungkapkan saat ini komposisi TPT domestik di pasar dalam negeri hanya sebesar 40% dari total pasar TPT di dalam negeri sebesar Rp90 triliun. Adapun TPT impor menguasai 60% dari total pasar domestik. 
 
"Melihat pasar domestik yang terus berkembang, tergiurlah mereka [eksportir TPT] untuk masuk ke pasar kita sehingga porsi kita sekarang tinggal 40%," ujar Ade kepada Bisnis hari ini. 
 
Menurut Ade, perubahan komposisi pasar tersebut mulai terjadi sejak implementasi liberalisasi tarif dalam kerangka kerjasama perdagangan bebas Asean China (ACFTA). 
 
Sebelum FTA, katanya, lonjakan impor TPT di pasar domestik hanya sebesar 5%-10%. Namun sejak FTA diberlakukan, terjadi kenaikan impor TPT di atas 50%. 
 
"Lonjakan sangat signifikan sehingga menyebabkan mereka menjadi penguasa pasar di pasar kita sendiri. Akibatnya produk kita tertekan oleh produk impor itu," jelasnya. 
 
Menurut Ade, pasar Indonesia kini diserang oleh eksportir TPT dari berbagai negara. Selain China, agresivitas Korea dinilai cukup membahayakan. Di luar kedua negara itu, impor TPT juga mengalir deras dari negara lainnya yakni Singapura, Thailand, Malaysia, dan Hong Kong. 
 
Namun negara-negara itu, lanjutnya, adalah negara-negara transit bagi barang China sehingga meskipun tercatat masuk dari negara itu, barang-barang ekspornya adalah barang China. 
 
Ade mengatakan lonjakan impor tersebut terjadi hampir di semua lini sektor TPT, termasuk produk pakaian jadi. 
 
Impor produk pakaian jadi selama Januari-Agustus tahun ini, menurutnya, mengalami kenaikan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 
 
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, impor pakaian jadi selama delapan bulan pertama tahun ini mencapai US$109,4 juta. Jumlah itu mengalami kenaikan hampir 31% dibandingkan Januari-Agustus 2010 sebesar US$83,8 juta. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hilman Hidayat
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper