Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

8 Produsen lampu siap ikut labelisasi hemat energi

JAKARTA : Hingga saat ini sudah ada delapan produsen lampu lokal yang menyatakan sanggup mengikuti program labelisasi tingkat hemat energi yang akan dilaksanakan oleh Kementerian ESDM pada 29 Mei 2011. Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Listrik

JAKARTA : Hingga saat ini sudah ada delapan produsen lampu lokal yang menyatakan sanggup mengikuti program labelisasi tingkat hemat energi yang akan dilaksanakan oleh Kementerian ESDM pada 29 Mei 2011. Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo) John Manoppo mengatakan produsen lokal akan semakin terpicu untuk meningkatkan daya saing dengan mengikuti labelisasi, terutama dengan produk lampu impor dari China.

Dalam Permen ESDM No.6/2011 yang ditandatangani Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh berisi tentang pembubuhan label tanda hemat energi untuk lampu swabalast yang wajib dilaksanakan 6 bulan sejak Permen tersebut ditandatangani pada 19 April 2011.

Labelisasi akan dilakukan dengan membubuhkan tanda bintang pada produk lampu hemat energi. Lampu paling efisien adalah lampu yang memiliki jumlah empat bintang dan yang terendah satu bintang."Yang bintang empat efisiensinya bagus. Mekanismenya kita mengajukan aplikasi ke Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, sudah ada delapan merk lokal yang siap [mengikuti labelisasi]. Biasanya ini akan jadi bola salju [bagi produsen lokal lainnya]," ujarnya di sela-sela acara konferensi pers Indo Power 2011 hari ini.

Kedelapan produsen lampu lokal tersebut yakni PT Multi Indocitra (Hori) dari Jakarta, PT Ningbo Indonesia (Shinyoku) dari Jakarta, PT Sinar Angkasa Rungkut (Chiyoda) dari Surabaya, PT Hikari (Electra) dari Jakarta, PT Nikkatsu Electric Works (Sinar) dari Bandung, PT Niko Indonesia (Niko) dari Semarang, PT Panasonic Lighting Indonesia (Panasonic) dari Pasuruan dan PT Sentra Solusi Elektrindo (Luxram) dari Surabaya.

Sebelum diberikan label, seluruh produk termasuk produk lampu impor dari China, harus mengikuti tes produk di laboratorium milik Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan. Namun John menginginkan untuk produsen lokal agar dibebaskan dari biaya pengetesan tersebut.

"Ini kan harus dites, untuk produk dalam negeri tes-nya gratisan lah, agar mempercepat labelisasi ini."

John menjelaskan konsumsi lampu hemat energi di Indonesia pada 2011 diperkirakan mencapai 260 juta unit. Dari jumlah itu, 160 juta unit diimpor dari China sementara industri lokal hanya memenuhi 80 juta unit. Tingkat konsumsi lampu hemat energi tersebut meningkat dari 2010 yang sebesar 200 juta unit. Hal ini seiring dengan penambahan pelanggan listrik PLN tahun ini yang diperkirakan bertambah 38 juta pelanggan.

Saat ini, produsen lokal cenderung kalah saing dengan lampu impor dari China terutama karena faktor harga yang lebih murah, bahkan dengan selisih hingga Rp10.000. Hingga kini, ada sebanyak 33 produsen lampu hemat energi di China yang mengimpor ke Indonesia. "Kita kalah dari harga, mereka bea masuknya 0%. Sementara kita bea masuk bahan baku komponen itu 5%." (aph)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis :
Editor : Mursito

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper