Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan BI Rate tak berdampak negatif

JAKARTA: Bank Indonesia menyatakan kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 6,75% pada 4 Februari tidak akan berdampak secara signifikan terhadap suku bunga kredit, permintaan kredit, dan produk domestik bruto IndonesaHal itu dikatakan

JAKARTA: Bank Indonesia menyatakan kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 6,75% pada 4 Februari tidak akan berdampak secara signifikan terhadap suku bunga kredit, permintaan kredit, dan produk domestik bruto IndonesaHal itu dikatakan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution pada Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, di Jakarta, hari ini.Dia menyatakan kebijakan menaikkan BI Rate diperlukan untuk meredam kenaikan ekspektasi inflasi yang terbentuk akibat volatile food yang masih tinggi, kenaikan harga minyak dunia, dan rencana kebijakan pemerintah yang akan membatasi bahan bakar minyak (BBM) di masyarakat."Kenaikan BI Rate itu perlu untuk meredam peningkatan ekspektasi inflasi maupun tekanan inflasi kedepan. Jika BI Rate tidak dinaikkan, akan berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi yang berlanjutan," ujarnya.Darmin menegaskan kebijakan tidak menaikkan suku bunga acuan akan berdampak negatif bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, yakni 6%-6,5% tahun ini. Selain itu, lanjutnya, daya beli masyarakat juga akan terjaga meskipun BI Rate telah dinaikkan.BI akan terus mencermati perkembangan inflasi dan memperkuat kebijakan nilai tukar rupiah yang sesuai dengan upaya mengurangi tekanan inflasi serta kebijakan makroprudensial untuk pengendalian likuiditas, ujarnya.Dia menjelaskan kebijakan terhadap inflasi diturunkan pada rencana jangka pendek yakni, dengan penguatan langkah untuk stabilisasi harga pangan melalui kebijakan impor, penurunan bea masuk, dan operasi pasar yang telah ditempuh selama ini.Untuk rencana jangka panjang, sambungnya, akan diupayakan peningkatan produktifitas pertanian, kemudian perbaikan struktur pasar dan distribusi komoditas strategis. "Serta kebijakan makro yang komprehensif untuk mendukung ketahanan dan stabilisasi harga pangan, jelasnya.(yn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper