Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Omzet nelayan di Cilacap anjlok sampai 75%

CILACAP: Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) mengungkapkan omzet di perairan Cilacap menurun drastis hingga 75% dibandingkan dengan era 1980-an disebabkan berbagai kondisi, termasuk eksploitasi penangkapan ikan yang tidak rasional.Indon Cahyono,

CILACAP: Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) mengungkapkan omzet di perairan Cilacap menurun drastis hingga 75% dibandingkan dengan era 1980-an disebabkan berbagai kondisi, termasuk eksploitasi penangkapan ikan yang tidak rasional.Indon Cahyono, Ketua Departemen Organisasi dan Kaderisasi, mengatakan sebenarnya kondisi semacam ini hampir terjadi pada satu dasawarsa belakangan ini. Namun, baru dirasakan ketika kesejahteraan para nelayan makin memprihatinkan."Pada era 1980-an, jumlah lelang yang terjadi di Tempat Pelelangan Ikan Cilacap mencapai Rp80 miliar lebih per tahun. Sesuai data 2010 HNSI, nilai lelang turun drastis ke posisi Rp20 miliar per tahun, ujar Indon Cahyono pada pada diskusi krisis sumber daya perikanan nasional yang dilaksanakan WWF Indonesia di Cilacap, hari ini.Ditambah cuaca ekstrim yang membuat nelayan tidak bisa melakukan penangkapan ikan. Namun, cuaca bukan menjadi satu-satunya faktor penyebab keterpurukan hasil penangkapan ikan para pahlawan perekonomian nasional tersebut.Saat ini, kata Tjahyono, perusahaan pegadaian saja sudah tidak mau lagi menerima properti mereka untuk digadaikan. Sebab, yang aset yang mereka miliki saat ini tinggal peralatan makanan saja seperti piring dan sendok.Kondisi ini, katanya, sangat memprihatinkan, oleh karena itu semua pihak terkait dengan aktivitas nelayan harus bekerjasama menanggulangi permasalahan yang mereka hadapi. Jika tidak, akan menimbulkan kerawanan sosial di kawasan tersebut.Kondisi ini terjadi, a.l. karena pusat pemijahan atau perkawinan ikan di kawasan Segara Anakan semakin mendangkal akibat sedimentasi dari alur sungan Citanduy. Akibatnya, proses regenerasi ikan berpindah ke lokasi lain, serta membuat industri ikan tangkap di Cilacap semakin kritis. Selain itu pola tangkap nelayan dengan menggunakan berbagai alat, diyakini merusak siklus pemijahan dan pembesaran ikan-ikan. Ketika lokasi pemijahan berpindah, nelayan juga berpindah lokasi serta menjaring seluruh ikan yang masih dalam proses pembesaran.Faktor lain adalah, karena musim tangkap yang tidak terkoordinasi. Musim tangkap di kawasan perairan Cilacap pada sepanjang 105 km, sebenarnya berlangsung selama 6 bulan, yakni pada periode Agustus hingga Desember. Sedangkan musim paceklik terjadi 4 bulan.Namun, kondisinya menjadi terbalik, karena musim tangkap hanya bisa berlangsung dalam 4 bulan, dan sisanya adalah musim paceklik, yakni ketika terjadi musim angin timur. Tugas kami berikutnya adalah melakukan sosialiasi kepada nelayan, dan pemerintah menanggulangi sistem pengolahan area tangkap dan pemijahan, tukas Indon Cahyono.Aulia Rahman, tim kampanye WWF Indonesia, menyarankan agar proses perbaikan kawasan Segara Anakan dikoordinasikan dengan instansi terkait di Cilacap, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemda Setempat maupun pihak swasta melalui program corporate social responsibility (CSR).Jika tidak, kekhawatiran HNSI bahwa daratan antara pulau Nusakambangan dengan daratan Cilacap akan bersatu dalam beberapa tahun ke depan.(yn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper