JAKARTA: Inggris Raya meminta Pemerintah Indonesia mempercepat pembangunan infrastruktur berupa jalan, listrik, dan pelabuhan, untuk mendorong investasi swasta Eropa di Tanah Air.
Inggris Raya berkomitmen meningkatkan investasi di Indonesia karena negara-negara di Asia Tenggara menjadi tujuan ekspansi. Namun, minat itu masih terhambat oleh minimnya pembangunan infrastruktur.Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Lord Powell, Co-Chairman of The British Governments Asia Task Force kepada Wapres Boediono dalam pertemuan hari ini.The British Governments Asia Task Force merupakan lembaga pemerintahan Inggris Raya yang bertugas untuk menjajaki peluang investasi dan kerja sama ekonomi di Asia. Inggris Raya, yang terdiri dari Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara membentuk satuan tugas khusus berdasarkan wilayah kerjanya untuk menjajaki investasi di luar negeri.Indonesia masih menjadi salah satu tujuan investasi bagi negara-negara Inggris Raya. Potensi pertumbuhan ekonominya masih bisa dipacu, ujar Yopie Hidayat, Juru Bicara Wapres, seusai mendampingi Boediono menerima Lord Powell, hari ini.Yopie mengatakan investor asing masih mengeluhkan mengenai minimnya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Tiga hal utama yang dikeluhkan adalah lambatnya pembangunan jalan, pelabuhan, dan listrik.Jika pembangunan tiga infrastruktur utama itu dipercepat, investasi negara-negara Inggris Raya bisa ditingkatkan lagi. Menurut Yopie, Wapres Boediono juga menjelaskan kepada Lord Powell bahwa ketiga sektor infrastruktur itu sedang ditangani di kantor Wapres. Proyek jalan tol, listrik dan pelabuhan memang menjadi agenda utama pemerintah pada tahun ini untuk dipercepat."Tadi sudah dijelaskan bahwa pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan proyek listrik secara rutin dibahas di Kantor Wapres untuk diselesaikan masalahnya, ujar Yopie.Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal Inggris raya menempati urutan kedua penanam modal asing (PMA) terbesar di Indoensia setelah Singapura. Realisasi investasi Inggris Raya pada 2010 mencapai US$1,9 miliar atau 11,7% dari total PMA 2010 US$16,21 miliar.(yn)