JAKARTA: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta berjuang lebih keras untuk meyakinkan sejumlah konglomerat India yang merupakan korporasi terkemuka di dunia untuk mengalihkan aktifitas bisnis ke Indonesia melalui investasi langsung.
Penandatanganan nota kesepahaman kontrak kerja sama investasi sebesar US$15 miliar antara kedua negara dalam kegiatan kunjungan ke India bisa menjadi pintu pembuka untuk meyakinkan pengusaha kelas global dari negara sahabat tersebut.Ketua Komisi VI DPR Airlangga Hartarto mengatakan Presiden jangan terjebak dengan diplomasi seremonial tanpa bisa menyentuh sasaran inti dari kunjungan itu untuk menyakinkan korporasi kelas dunia yang dimiliki konglomerat India agar terdorong menjadikan Indonesia sebagai tujuan utama dari ekspansi bisnisnya."Presiden bisa mengingatkan pengusaha India bahwa tidak sedikit dari korporasi milik mereka menjadi world class player dirintis dari kegiatan bisnis di Indonesia. Laksmi Mittal dan Indorama Group merupakan bagian dari konglomerat Indonesia sukses melalui bisnis di Indonesia. Ini akan bisa menjadi sugesti bagi dunia usaha kelas kakap negara itu untuk mau melakukan investasi langsung ke sini," katanya menjawab Bisnis, hari ini.Airlangga menambahkan kalau SBY bisa merangkul dan menyakinkan beberapa konglomerat besar dari negara itu maka itu sudah cukup signifikan bagi penguatan kegiatan investasi riil di Tanah Air.Dalam hal ini, tuturnya, akan banyak menciptakan lapangan kerja sekaligus memperoleh transfer teknologi industri dari India yang kini sudah menjadi salah satu negara yang unggul dalam bidang teknologi industrinya."Yang perlu dijaga pemerintah agar jangan berhenti sampai MoU sebesar US$15 miliar itu saja, tetapi mendorong kesepahaman itu bisa diimplementasikan dan berlanjut dengan kesepakatan-kesepakatan baru lainnya."Dia mengatakan sejumlah perusahaan besar lain dari India yang sudah menyatakan komitmennya untuk berinvestasi, seperti Adani Group dan Nalco Group harus didorong untuk segera memulai investasi.Sementara itu, lanjutnya, kedatangan Presiden Yudhoyono dalam acara Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/ WEF) di Davos, selepas dari India dinilai tidak bisa mengharapkan terlalu banyak manfaatnya.Hal itu, tuturnya, karena forum itu lebih bersifat silaturrahim antara CEO multinasional, pejabat pemerintahan, hingga kalangan akademisi di seluruh dunia. "Jadi poin penting dari kunjungan sepakan Presiden itu ada di India. Kehadiran di India itulah yang harus dioptimalkan pemerintah untuk kepentingan ekonomi nasional," katanya.(yn)