Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada! 4 Dampak Jika Iran Tutup Selat Hormuz, Harga Minyak Bisa Meroket

Ekonom Senior Indef Tauhid Ahmad pun mewanti-wanti bahwa penutupan Selat Hormuz dapat berdampak negatif ke perekonomian Indonesia.
Peta Selat Hormuz, Iran. Dok Newsweek
Peta Selat Hormuz, Iran. Dok Newsweek

Bisnis.com, JAKARTA — Ketegangan geopolitik di Timur Tengah masih terasa usai Iran menyatakan tidak akan menyerah meski AS dan Israel berhasil menyerang fasilitas nuklir negara yang dipimpin Ayatollah Ali Khamenei itu. Salah satunya ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran, yang merupakan jalur laut strategis untuk mengalirkan hampir 30% pasokan minyak dunia.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad pun mewanti-wanti bahwa penutupan Selat Hormuz dapat berdampak negatif ke perekonomian Indonesia.

Tauhid menyoroti peran strategis Selat Hormuz yang menjadi jalur vital ekspor minyak dari Iran, Irak, hingga Arab Saudi. Dia menyebutkan, konflik terbuka di kawasan ini akan mengganggu pasokan energi global dan meningkatkan biaya logistik akibat naiknya risiko asuransi pengiriman.

“Kalau Selat Hormuz benar-benar ditutup, dampaknya sangat besar. Harga minyak bisa melonjak di atas US$100, dan itu akan berdampak langsung ke harga BBM subsidi, inflasi, serta defisit transaksi berjalan kita [Indonesia],” ujarnya dalam sebuah diskusi publik Indef secara daring, Minggu (29/6/2025).

Dia mengakui bahwa total perdagangan dengan Iran dan Israel masih di bawah 1% dari total ekspor Indonesia pada tahun lalu. Ekspor utama ke Iran mencakup bahan pangan dan alat industri, sementara ke Israel meliputi alat elektronik dan produk hewani.

Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa pemerintah harus waspada atas efek tidak langsung yang bisa besar, terutama lewat harga energi dan tekanan nilai tukar.

Tauhid mencatat bahwa nilai tukar rupiah sempat tertekan akibat capital outflow saat perang meletus. Investor global cenderung menarik dana dari negara berkembang untuk mencari aset yang lebih aman.

Menurut Tauhid, ada empat risiko utama yang harus diantisipasi jika Selat Hormuz ditutup. Pertama, harga minyak melonjak yang akan berdampak pada melebarkan anggaran untuk BBM bersubsidi dan peningkatan inflasi.

Kedua, ketidakpastian pasar keuangan seperti modal asing yang keluar dari negara berkembang, nilai tukar tertekan, dan suku bunga SBN naik. Ketiga, gangguan rantai pasok dan logistik karena halur alternatif mahal, risiko asuransi meningkat, dan keterlambatan distribusi global.

Keempat, ketegangan sosial dan politik akibat gelombang sentimen anti-Israel bisa menguat dan mengganggu kestabilan domestik.

“Ini bukan hanya soal konflik dua negara, tapi soal bagaimana konflik ini berdampak pada ekonomi global dan posisi kita di tengah-tengah,” jelas Tauhid.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper