Bisnis.com, JAKARTA - Perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) segera rampung usai berlangsung alot selama 9 tahun sejak 2016 dan melalui 19 putaran.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, proses yang panjang ini disebabkan oleh kompleksitas materi yang dibahas dan tantangan dalam menyelaraskan kepentingan antara Indonesia dan 27 negara anggota Uni Eropa.
"Untuk mencari titik temu dengan 27 negara di Eropa ini bukan sesuatu hal yang sederhana. Namun, alhamdulillah sekarang kita sudah masuk dalam putaran akhir, artinya hampir seluruh isu sudah kita selesaikan," ujar Airlangga kepada wartawan, Sabtu (7/6/2025).
Pemerintah Indonesia optimistis bahwa perundingan IEU-CEPA segera rampung. Menko Airlangga mengatakan, setelah seluruh isu diselesaikan, proses selanjutnya adalah penyusunan draf legal serta ratifikasi oleh Indonesia dan 27 negara Uni Eropa.
"Saat ini kita tidak terdapat ganjalan lagi karena seluruh ganjalan sudah diselesaikan. Poin utama tentu penghapusan non-tariff barrier dan juga penurunan tarif, itu yang utama, yakni liberalisasi tarif. Yang kedua, economic cooperation dan capacity building dalam program kerja sama," tuturnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, terkait dengan program agrikultur adalah penyelarasan regulasi terkait dengan Sanitary dan Phytosanitary (SPS), serta technical barrier to trade. Lalu, kerangka lanjutan adalah terkait dengan pertumbuhan dan perdagangan yang bersifat sustainable, sejalan dengan agenda Paris Agreement.
Baca Juga
“Indonesia dan Uni Eropa sepakat untuk segera menyelesaikan isu-isu yang masih tersisa dan siap mengumumkan penyelesaian perundingan secara substansi pada akhir Juni 2025,” tutur Airlangga.
Alhasil, setelah perundingan IEU-CEPA berlaku, dalam 1 hingga 2 tahun ke depan hampir 80% barang yang diekspor dari Indonesia ke Eropa akan bebas bea masuk, meliputi produk sepatu hingga kelapa sawit.
Uni Eropa juga telah sepakat di berbagai sektor utama yang menjadi kepentingan Indonesia, yaitu energi terbarukan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik hingga produk yang dihasilkan oleh sektor padat karya (labor intensive) seperti alas kaki dan pakaian.
“Kemudian juga produk unggulan di Indonesia, seperti minyak sawit dan juga produk-produk perikanan. Eropa memfokuskan pada beberapa isu termasuk pembahasan mendalam mengenai TKDN [tingkat komponen dalam negeri] di sektor otomotif, critical mineral serta fasilitas-fasilitas yang dapat diperoleh pada saat melakukan investasi,” pungkasnya.
Adapun, hubungan ekonomi Indonesia dan Uni Eropa terus menunjukkan tren positif dengan nilai perdagangan mencapai US$30,1 miliar pada 2024. Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia, sementara Indonesia menempati posisi sebagai mitra dagang ke-33 bagi Uni Eropa.
Neraca perdagangan antara kedua pihak tetap surplus bagi Indonesia, dengan peningkatan signifikan dari US$2,5 miliar pada 2023 menjadi US$4,5 miliar pada 2024.