Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utang Luar Negeri Indonesia Naik jadi US$430,4 Miliar Gara-Gara Pinjaman Pemerintah

Utang Luar Negeri Indonesia per kuartal I/2025 naik US$3,2 miliar ke level US$430,4 miliar, dibandingkan periode Februari 2025 yang senilai US$427 miliar.
Ilustrasi utang luar negeri Indonesia/Bisnis - Himawan L Nugraharn
Ilustrasi utang luar negeri Indonesia/Bisnis - Himawan L Nugraharn

Bisnis.com, JAKARTA – Utang Luar Negeri Indonesia pada akhir Maret atau kuartal I/2025 mencatatkan kenaikan senilai US$3,2 miliar ke level US$430,4 miliar, dibandingkan periode Februari 2025 yang senilai US$427,2 miliar. 

Posisi Utang Luar Negeri (ULN) pada kuartal pertama tersebut setara dengan Rp7.130 triliun dengan asumsi kurs JISDOR akhir Maret 2025 senilai Rp16.566 per dolar AS. 

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan secara umum, ULN Indonesia tetap terjaga baik dan sehat meskipun ada kenaikan. 

“Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto [PDB] yang terjaga sebesar 30,6%, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,7% dari total ULN,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (15/5/2025). 

Posisi utang dalam valuta asing tersebut tercatat tumbuh 6,4% secara tahunan atau year on year (YoY) dan lebih tinggi dari pertumbuhan 4,3% pada kuartal sebelumnya. 

Denny menjelaskan bahwa posisi ULN pemerintah pada kuartal I/2025 mencakup US$206,9 miliar atau setara dengan Rp3.427,5 triliun. 

Angka tersebut tumbuh sebesar 7,6% YoY, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan 3,3% pada kuartal IV/2024. 

Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh penarikan pinjaman dan peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional, seiring dengan kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang makin tinggi. 

Sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan pengelolaan ULN. 

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (22,4% dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,5%); Jasa Pendidikan (16,5%); Konstruksi (12,0%); serta Transportasi dan Pergudangan (8,7%). 

Posisi ULN pemerintah tersebut tetap terjaga karena didominasi utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah.

Di samping utang pemerintah yang mengalami kenaikan, ULN swasta justru melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Pada kuartal I/2025, tercatat senilai US$195,5 miliar atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,2% YoY. 

Kontraksi ini tercatat lebih rendah dibandingkan kontraksi kuartal sebelumnya sebesar 1,6% YoY. Utamanya, didorong oleh ULN bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporation) yang mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 0,9%, lebih rendah dibandingkan kontraksi 1,7% pada kuartal IV/2024. 

Berdasarkan  sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 79,6% dari total ULN swasta. 

ULN swasta tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,4% terhadap total ULN swasta. 

Denny menekankan bahwa dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN. 

“Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” ujarnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper