Selanjutnya, penyaluran kredit pada Maret 2025 tumbuh sebesar 8,7% YoY, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 9,7%.
Aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 6,0% YoY, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada Februari 2025 sebesar 4,1%.
Sementara itu, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus) terkontraksi sebesar 8,6% YoY, setelah terkontraksi sebesar 5,8% pada bulan sebelumnya.
Secara perinci, komponen M1 dengan pangsa 55,9% dari M2 tumbuh 7,1% YoY menjadi Rp5.273 triliun pada Maret 2025 usai pada bulan sebelumnya tumbuh hingga 7,4%. Utamanya disebabkan oleh perkembangan uang kartal di luar bank umum dan BPR serta tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu.
Uang kartal tersebut tercatat beredar senilai Rp1.088,9 triliun atau bertambah sekitar Rp79,9 triliun dalam satu bulan.
Sementara uang kuasi dengan pangsa 43% dari M2 tercatat senilai Rp4.056,6 triliun atau tumbuh 3%. Hal ini didorong peningkatan simpangan berjangka yang tumbuh 2,9% YoY, tabungan lainnya dan giro valas yang masing-masing tumbuh sebesar 11,4% dan 0,4%.
Pada saat yang sama, Uang Primer (MO) adjusted pada Maret 2025 tumbuh sebesar 21,8% YoY, jauh lebih tinggi dari 13,0% pada Februari 2025.
Perkembangan ini didorong oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan sebesar 15,5% (yoy) dan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 18,1% (yoy).
Berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, peningkatan MO adjusted dipengaruhi pengendalian moneter yang sudah mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas.
Adapun, peningkatan peredaran uang di masyarakat ini sejalan dengan realisasi pertumbuhan Uang yang Diedarkan (UYD)—dalam rangka penukaran uang layak edar untuk kebutuhan Lebaran—mencapai 8,63% secara tahunan atau senilai Rp160,3 triliun atau 81,1% dari target.