Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Bersumpah Tak Akan Tunduk ke AS, Meski Trump Ancam Naikkan Tarif

Teguran Beijing datang setelah Trump mengancam akan menaikkan tarif impor AS dari negara dengan ekonomi nomor dua di dunia itu hingga lebih dari 100%.
Presiden China Xi Jinping menyampaikan pesan Tahun Baru melalui China Media Group dan Internet pada Minggu malam (31/12/2023) di Beijing untuk menyambut Tahun Baru 2024. Dok Xinhuan
Presiden China Xi Jinping menyampaikan pesan Tahun Baru melalui China Media Group dan Internet pada Minggu malam (31/12/2023) di Beijing untuk menyambut Tahun Baru 2024. Dok Xinhuan

Bisnis.com, JAKARTA - China menolak untuk tunduk pada apa yang disebut sebagai “pemerasan” dari Amerika Serikat (AS), karena perang dagang global yang dipicu oleh tarif impor yang dibuat oleh Presiden Donald Trump. 

Teguran Beijing datang setelah Trump mengancam akan menaikkan tarif impor AS dari negara dengan ekonomi nomor dua di dunia itu hingga lebih dari 100% mulai Rabu (9/4/2025). Ucapan Trump merupakan tanggapan atas keputusan China untuk menyamai bea masuk 'resiprokal' yang awalnya berkisar 34% diumumkan minggu lalu.

“Ancaman pihak AS untuk meningkatkan tarif terhadap China adalah sebuah kesalahan di atas kesalahan. Sekali lagi mengekspos sifat pemerasan pihak Amerika,” kata kementerian perdagangan China dilansir dari Reuters, Selasa (8/5/2025). “Jika AS bersikeras untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, China akan berjuang sampai akhir.”

Produsen barang-barang China dari peralatan makan hingga lantai menandai peringatan laba, berebut untuk merencanakan pabrik baru di luar negeri dan tawar-menawar dengan pelanggan mengenai harga karena mereka terguncang oleh tarif.

Sementara itu, Uni Eropa mengusulkan tarif balasannya kepada prodyuk impor AS sebesar 25% sebagai bentuk "serangan" tarif Trump yang menyapu puluhan negara, membuat pasar keuangan bergejolak, dan memicu ekspektasi bahwa ekonomi global akan menuju resesi.

Pasar saham mulai menemukan pijakan yang lebih kuat setelah beberapa hari yang memilukan bagi para investor yang mendorong beberapa pemimpin bisnis, termasuk mereka yang dekat dengan Trump, untuk mendesak presiden untuk berbalik arah.

Indeks Nikkei Jepang naik 6% pada Selasa (8/4), rebound dari level terendah 1-1/2 tahun yang dicapai pada sesi sebelumnya, setelah Trump dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba setuju untuk membuka pembicaraan perdagangan.

Adapun, saham-saham unggulan China naik 1%, menutup sebagian dari penurunan lebih dari 7% pada Senin (7/4/2025). Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 2% setelah mengalami hari terburuk sejak 1997 karena apa yang disebut pemimpin pusat perdagangan itu sebagai tarif “kejam”.

Bursa saham berjangka Eropa dan Amerika Serikat juga menunjukkan pembukaan yang lebih kuat setelah beberapa hari mengalami kerugian, sementara harga minyak global rebound setelah aksi jual besar-besaran. 

Namun, pasar modal Indonesia terpukul, dengan saham-saham merosot hingga 9% dan mata uang rupiah mencapai rekor terendah sejak krisis moneter 1998 saat perdagangan dilanjutkan pada hari Selasa setelah libur panjang Hari Raya Idulfitri 2025.

Bank sentral Indonesia berjanji untuk melakukan intervensi, bergabung dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh otoritas global lainnya untuk membendung penurunan dalam beberapa hari terakhir.

Trump mengatakan bahwa tarif minimal 10% untuk semua impor AS, dengan tarif yang resiprokal hingga 50%, akan membantu AS merebut kembali basis industri yang menurutnya telah layu selama beberapa dekade liberalisasi perdagangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper