Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Amerika Serikat menguat setelah Federal Reserve atau The Fed menahan suku bunga acuan sebesar 4,25%—4,50%, berdasarkan Federal Open Market Committee atau FOMC periode Maret 2025.
Dilansir dari Reuters, tiga indeks saham utama Amerika Serikat (AS) memperoleh momentum kenaikan setelah pengumuman The Fed hari ini. Indeks saham S&P 500 Information Technology (SPLRCT) memimpin dan mendorong kenaikan Nasdaq di atas 1%.
Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 347,67 poin atau 0,84% menjadi 41.928,98, indeks S&P 500 naik 62,12 poin atau 1,09%, menjadi 5.676,81, dan Nasdaq Composite naik 266,78 poin atau 1,51% menjadi 17.768,99.
Dolar AS pun terpantau menguat usai pengumuman The Fed. Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang termasuk yen dan euro, naik 0,12% menjadi 103,42.
Harga emas berbalik positif dan imbal hasil Treasury AS memangkas kenaikan setelah bank sentral menaikkan ekspektasi inflasi AS, mengingat peluncuran tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump dan keputusan The Fed menurunkan prospek ekonomi AS tahun ini.
Mata uang kripto memperoleh momentum setelah The Fed menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi AS. Bitcoin naik 3,22% menjadi US$84.651,71 dan Ethereum naik 6,41% menjadi US$2.027,54.
Baca Juga
Kepala tim solusi multi-aset di Allspring Global Investments, Matthias Scheiber, menilai bahwa meningkatnya kekhawatiran kebijakan tarif impor Donald Trump yang bisa memengaruhi inflasi dan ekonomi AS membuat The Fed mengambil pendekatan wait and see terkait suku bunga.
"Kami yakin peluang berikutnya bagi Fed untuk menurunkan suku bunga adalah pada Mei atau setelahnya, dan analis pasar memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga pada 2025," ujar ujar Scheiber, dilansir dari Reuters pada Kamis (20/3/2025).
Gubernur The Fed Jerome Powell menyampaikan bahwa kebijakan moneter AS memiliki dua tujuan utama, yakni penyerapan tenaga kerja yang maksimal dan harga yang stabil. The Fed juga mendorong agar inflasi AS bisa mencapai target 2%.
"Kita tidak perlu terburu-buru untuk menyesuaikan sikap kebijakan kita dan kita berada dalam posisi yang baik untuk menunggu kejelasan yang lebih baik," ujar Powell pada Rabu (19/3/2025) waktu AS atau Kamis (20/3/2025) dini hari waktu Indonesia.