Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Proyeksi Investor Asing Masih Borong SBN di Kuartal IV/2024

Para investor termasuk asing diproyeksi masih akan memborong surat utang pemerintah RI pada Kuartal IV/2024. Berikut alasannya.
Warga mencari informasi mengenai Surat Berharga Negara (SBN) jenis Sukuk Tabungan Seri ST010 di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga mencari informasi mengenai Surat Berharga Negara (SBN) jenis Sukuk Tabungan Seri ST010 di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memproyeksikan para investor termasuk asing masih akan memborong surat utang pemerintah RI pada Kuartal IV/2024.

Josua menjelaskan, obligasi alias surat utang yang diterbitkan pemerintah selalu menarik perhatian. Terkhusus investor asing, surat berharga negara (SBN) akan menjadi incaran utama apabila yield atau rata-rata keuntungannya tetap kompetitif dibandingkan dengan negara-negara lain seperti sekarang.

"Pada kuartal IV/2024, investor seperti investor asing, dana pensiun & asuransi, dan termasuk investor ritel diperkirakan masih menjadi pembeli utama surat utang pemerintah, mengingat mereka cenderung mencari instrumen dengan risiko rendah dan return yang stabil," kata Josua kepada Bisnis, dikutip Sabtu (12/10/2024).

Oleh sebab itu, dia pun melihat prospek penerbitan penarikan utang di awal (prefunding) seperti yang dicanangkan pemerintah untuk membiayai APBN 2025 cukup baik.

Di samping dia meyakini prefunding memang pilihan yang masuk akal karena beban utang pemerintah pada awal tahun depan lumayan berat. Josua menjelaskan, kurang lebih ada Rp50 triliun-Rp60 triliun global bond akan jatuh tempo pada semester pertama 2025, dari total Rp85 triliun yang jatuh tempo sepanjang tahun depan.

Di samping itu, dia mengingatkan kemampuan pasar untuk menyerap surat utang pemerintah nantinya sangat tergantung pada kondisi likuiditas pasar, tingkat suku bunga global dan domestik, serta sentimen investor.

Menurutnya, pasar dapat menyerap penerbitan obligasi prefunding tersebut apabila suku bunga di Indonesia tetap berada pada level rendah atau moderat, sejalan dengan potensi penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia dan The Fed.

"Di sisi lain, jika terdapat kompetisi ketat antara instrumen seperti SRBI dan SBN, ada kemungkinan prefunding bisa menimbulkan tekanan likuiditas, yang berpotensi mengurangi kapasitas pasar untuk menyerap surat utang dalam jumlah besar pada akhir tahun," ucap Josua.

Modal Asing Keluar

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat Rp2,84 triliun modal asing keluar dari pasar keuangan Tanah Air selama pekan ini, 7—10 Oktober 2024 atau menjelang Presiden Joko Widodo (Jokowi) lengser dari jabatannya.

Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso merincikan, notabenenya ada aliran modal asing masuk sebesar Rp4,37 triliun ke pasar surat berharga negara (SBN). Kendati demikian, lebih banyak investor asing yang menjual kepemilikannya baik di pasar saham maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

"Berdasarkan data transaksi 7—10 Oktober 2024, non residen [investor asing] tercatat jual neto sebesar Rp2,84 triliun; terdiri dari jual neto sebesar Rp4,47 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp4,37 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp2,73 triliun di SRBI," ujar Denny dalam keterangannya, dikutip Sabtu (12/10/2024).

Sementara itu, selama tahun ini atau 1 Januari—10 Oktober 2024, total ada aliran modal asing masuk sebesar Rp46,68 triliun di pasar saham, Rp41,19 triliun di pasar SBN, dan Rp193,61 triliun di pasar SRBI.

Di sisi lain, tingkat imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun tercatat turun ke level 6,65% pada Jumat pagi (11/10/2024), dari level 6,67% pada Kamis (10/10/2024). 

Sementara itu, untuk nilai tukar rupiah, tercatat mengalami penguatan ke posisi Rp15.640 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat pagi (11/10/2024), dari posisi Rp15.660 per dolar AS pada penutupan Kamis sore (10/10/2024).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper