Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memastikan bahwa pemerintah terus mengelola secara hati-hati mengenai kebijakan fiskal dan penggunaan APBN 2024.
Dia mengatakan bahwa langkah ini diperlukan untuk menjaga serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan, khususnya terkait anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Hal ini disampaikannya usai menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai salah satu perwakilan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk membahas dinamika pasar dari sisi perkembangan pembahasan APBN dengan DPR di Istana Kepresidenan, Senin (20/6/2024)
“APBN 2024 yang sekarang sedang berjalan kita akan tetap kelola secara hati-hati ada beberapa hal yang bergerak seperti kurs harga minyak maupun dari sisi SBN nilai yeild kita, itu pasti mempengaruhi postur dan ini sudah kita monitor dari sisi implikasi pembiayaan,” ujarnya kepada wartawan.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa situasi fiskal Negara saat ini masih dalam keadaan baik. Salah satu indikatornya, sisi defisit tahun ini diperkirakan berada di maksimum 2,8%.
Sri juga menjabarkan bahwa pembiayaan Negara turut terjaga baik dengan menggunakan Sisa Anggaran Lebih (SAL) pada tahun lalu yang mencapai Rp100 triliun yang digunakan untuk menurunkan kebutuhan pembiayaan melalui pasar. Harapannya, kata dia, langkah tersebut bisa menjaga yield SBN Negara pada level yang baik.
Baca Juga
Kementerian Keuangan (Kemenkeu), kata Sri Mulyani, juga melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk terus mencoba stabilitas nilai tukar dalam hal ini fiskal dan moneter dengan bekerja dan berkoordinasi baik dalam dinamika pasar serta dinamika global yang tinggi dan proses transisi politik yang sedang terjadi.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa pemerintah juga terus terbuka terhadap kondisi keuangan Negara melalui pembahasan dengan DPR untuk transisi APBN pada tahun mendatang.
“Pembahasan dengan DPR untuk APBN 2025 terus dilakukan kemarin disepakati dengan Komisi XI mengenai asumsi makro seperti pertumbuhan ekonomi 5,1—5,5%,” tuturnya.
Selain itu, kesepakatan bersama Komisi 11 lainnya adalah menjaga inflasi di angka 1,5—3,5%. Kemudian, pemerintah juga menargetkan agar nilai tukar Rp15,300—Rp15.900. Lalu, suku Bunga SBN diperkirakan tahun depan pada level 6,9—7,2%
Sementara itu, di Komisi 7, kata Srimul, harga minyak disepakati berada di harga US$80—US$85 dollar per barel, lifting minyak 600.000—605.000 barel per hari, lifting gas 1.003.000—1.047.000 barel ekuivalen minyak per hari.
“Ini asumsi yang dibahas dan sampai hari ini dan pembahasan dengan badan anggaran juga melihat secara lebih detail penerimaan negara proyeksi tahun depan dan belanja negara, termasuk belanja negara untuk mengakomodasi pemeritahan baru 2025,” pungkas Sri Mulyani.