Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo resmi membuka Konferensi Tingkat Tinggi Forum Air Dunia (KTT-FAD) ke-10 di Bali, Senin (20/5). Sejumlah harapan membuncah dari perhelatan yang berlangsung pada 18—25 Mei 2024 itu. Bahkan, editorial Bisnis Indonesia mengangkat judul “Berharap WWF Bukan Sekadar Omon-Omon” (21/5).
Lalu, manfaat apa yang dapat diperoleh?
Pertama, Presiden Joko Widodo menyerukan kepada para pemimpin dunia dan pemangku kepentingan internasional untuk memperkuat kolaborasi dalam mengelola sumber daya air secara berkelanjutan.
Presiden menekankan bahwa hanya 1% dari air di Bumi yang dapat diakses untuk konsumsi manusia serta mengingatkan tentang pentingnya pengelolaan air yang efektif di tengah proyeksi kekeringan yang akan memengaruhi 500 juta petani kecil pada tahun 2050.
UN Water (2024) melaporkan, kebutuhan air terus meningkat 1% setiap tahun selama 40 tahun terakhir. Masalahnya, dari seluruh ketersediaan air di Bumi, 97%berupa air asin dan hanya tiga persen air tawar yang dapat dikonsumsi. Sementara itu, lebih dari satu miliar penduduk dunia belum terakses air bersih dan sanitasi yang layak.
Kedua, Presiden Joko Widodo menggarisbawahi kekayaan kearifan lokal Indonesia dalam pengelolaan air seperti sistem pengairan subak di Bali yang telah berlangsung sejak abad ke-11. Sistem ini tidak hanya mendukung irigasi tetapi juga menanamkan nilai-nilai spiritual dan budaya, yang penting bagi keberlanjutan hidrologis.
Baca Juga
Forum Air Dunia ke-10 di Bali yang mengangkat tema “Air untuk Kesejahteraan Bersama” itu diharapkan menjadi platform penting untuk dialog dan kerja sama internasional, dengan fokus pada penghindaran persaingan, pemerataan, kerja sama inklusif, dan mendukung perdamaian serta kesejahteraan bersama melalui air.
Ketiga, Indonesia berharap dunia dapat saling bergandengan tangan secara berkesinambungan untuk dapat memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air.
Presiden menyerukan untuk menjaga sumber air sebagai upaya bersama memastikan kesejahteraan bersama di masa depan, mencerminkan komitmen Indonesia dalam menghadapi tantangan global yang dihadapi oleh seluruh mmat manusia.
Air adalah masalah politik. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat dari para pemangku kepentingan, baik di tingkat global, nasional, regional, maupun lokal dalam mengatasi tantangan air. Forum Air Dunia ke-10 di Bali menjadi momentum strategis bagi Indonesia untuk membangun diplomasi air.
Kerja sama dalam pengelolaan air antanegara sangat diperlukan karena masalah air dapat memicu konflik di daerah langka air/daerah transnasional, di mana beberapa negara bergantung pada sungai atau danau yang sama. Kebijakan dan regulasi sangat berpengaruh pada kualitas, distribusi, dan keberlanjutan sumber daya air.
Keempat, dalam pembukaan Forum Air Dunia ke-10 itu, Elon Musk menyatakan optimismenya bahwa masalah air global dapat diselesaikan antara lain melalui penggunaan energi hijau. Energi baru terbarukan (EBT) itu bisa dihasilkan dari pembangkit listrik dari air (PLTA) maupun surya terapung (PLTS Terapung).
Menurut Elon Musk, krisis air sangat bisa diatasi. Solusi yang tepat akan bervariasi tergantung ada negara dan bahkan wilayah dalam suatu negara. Ia berpikir pada dasarnya kita dapat mengubah bagian mana pun di dunia menjadi hijau.
Kelima, ada enam subtema yang disepakati Indonesia bersama Dewan Air Dunia (World Water Council), yaitu ketahanan dan kesejahteraan air (water security and prosperity), pengaruh kuantitas dan kualitas air, salah satunya akibat perubahan iklim terhadap ketahanan pangan, energi, serta ketersediaan air bersih dan sanitasi higienis.
Air untuk manusia dan alam (water for humans and nature), pengaruh kerusakan ekosistem air terhadap keanekaragaman hayati perairan, serta penghidupan dan kesehatan manusia.
Selain itu, pengurangan dan penanganan risiko bencana (disaster risk reduction and management), peningkatan ketahanan infrastruktur air sebagai akibat perubahan iklim yang berdampak secara langsung kepada masyarakat, seperti bencana alam (banjir, kekeringan, gelombang panas, badai) beserta mitigasi permasalahan air.
Tata kelola kerja sama dan diplomasi air (governance, cooperation and hydro-diplomacy), hubungan internasional yang inklusif lintas batas untuk mengatasi meningkatnya persaingan akses terhadap sumber daya air, serta meningkatkan pengertian antarpemangku kepentingan untuk pemanfaatan air yang adil dan wajar.
Selanjutnya, pembiayaan air berkelanjutan (sustainable water finance), pembiayaan air yang lebih inovatif, fleksibel, berkelanjutan, dan efisien untuk mengatasi berbagai permasalahan air (pasokan air dan sanitasi, paparan terhadap penyakit yang menular melalui air) dan potensi risiko bencana hidrometeorologi.
Pengetahuan dan inovasi (knowledge and innovation), perkembangan pengetahuan dan inovasi teknologi dalam pengelolaan air, mengintegrasikan kearifan lokal, serta upaya transfer pengetahuan untuk membantu mengatasi tantangan pengelolaan air yang makin kompleks.