Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) dalam laporannya menekankan agar negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik menghindari pengambilan keputusan yang terlalu bergantung pada Federal Reserve (The Fed).
Hal ini diungkapkan dalam laporan Regional Economic Outlook Asia and Pacific yang dirilis pada Selasa (30/4/2024) menimbang disinflasi yang tidak merata.
“Bank-bank sentral harus fokus pada kondisi domestik dan menghindari pengambilan keputusan yang terlalu bergantung pada jalur suku bunga AS,” terang IMF dalam laporan IMF yang dikutip pada Selasa (30/4/2024).
Sebagai catatan, inflasi di Asia terus mengalami penurunan meskipun pertumbuhan permintaan tampak menguat. Dampak pengetatan moneter sebelumnya, menurunnya harga komoditas dan barang secara global, dan meredanya gangguan rantai pasokan telah berkontribusi.
Meskipun demikian, disinflasi tidak merata. Contohnya saja, Selandia Baru, Australia, dan Korea menghadapi inflasi jasa yang berada di atas target. Sedangkan harga konsumen di Thailand dan China mengalami penurunan.
“Di beberapa negara, disinflasi masih berada di atas target. Di negara lain, disinflasi berada pada atau mendekati target bank sentral. Sementara di beberapa negara lain terdapat risiko deflasi,” jelas Direktur Departemen Asia dan Pasifik, Krishna Srinivasan dalam Press Briefing, Selasa (30/4/2024).
Baca Juga
Menimbang hal ini, IMF menyarankan bahwa setiap negara-negara perlu lebih independen menimbang kondisi yang variatif di kawasan.
Di negara-negara dengan inflasi yang tinggi, bank sentral dikatakan perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Kemudian, negara dengan inflasi inti yang berada atau mendekati target, ruang untuk menurunkan suku bunga dapat muncul di akhir tahun. Sebaliknya, ketika inflasi terlalu rendah, sikap akomodatif diperlukan.
Walaupun mengikuti bank sentral Negeri Paman Sam dapat membatasi volatilitas nilai tukar, hal ini berisiko membuat bank sentral tertinggal atau bergerak lebih cepat dari kurva, dan mengacaukan ekspektasi inflasi.