Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah meningkatnya tensi geopolitik dan tren derisking Amerika Serikat-China, Indonesia dinilai memiliki potensi untuk mendapatkan manfaat dari restrukturisasi rantai pasok global.
Hal ini diungkapkan oleh Peneliti Departemen Ekonomi (Centre for Strategic and International Studies) CSIS, Dandy Rafitrandi, dalam CSIS Media Briefing: Menelaah Hasil Pertemuan Bilateral Presiden Joko Widodo dan Presiden Joseph Biden, Kamis (16/11/2023).
Dandy, mengacu pada artikel bloomberg, bahwa Indonesia bersama dengan empat negara lainnya disebut sebagai “connectors” atau penghubung dalam fragmentasi perekonomian global. Adapun, saat ini, terdapat beberapa investasi seperti dalam baterai, kendaraan listrik (EV) dan lainnya.
“Jadi kita bisa lihat potensinya ada, tapi kita lihat ada tiga hal yang mungkin akan menjadi syarat utama untuk merealisasikan peluang ini yaitu adalah kemudahan investasi, kinerja logistik dan juga fasilitasi perdagangan baik ekspor maupun impor,” tutur Dandy dalam paparannya.
Tak hanya itu, salah satu indikator yang dapat dilihat antara lain adalah lewat backward value chain participation Indonesia, yang menurut CSIS masih perlu ditingkatkan karena masih cukup rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Adapun, peran berbagai platform kerjasama ekonomi internasional seperti Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) juga dinilai penting untuk memastikan kesamaan standar.
“[Dalam APEC] bagaimana kita melihat kerjasama-kerjasama ekonomi internasional ini sejalan dengan partner-partner kita, sehingga partisipasi kita dalam rantai nilai global itu semakin meningkat,” jelasnya.
Namun, peluang tersebut juga muncul dengan risiko yang sebanding untuk Indonesia, yakni agar tidak terjebak dengan persaingan strategis antara AS-China.
Untuk itu, menurut Dandi, strategi terbaik saat ini adalah menggunakan momentum kerjasama ekonomi internasional antara Indonesia-AS, yakni sebagai channel melakukan reformasi, fasilitasi, dan perbaikan kebijakan perdagangan ke depan.
Dengan menerapkan hal tersebut, maka diharapkan Indonesia bisa mendapatkan kerjasama ekonomi internasional yang lebih komprehensif dan juga lebih strategis, utamanya baru-baru ini dengan kerjasama bersama AS.