Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Nyaris Rp16.000, Subsidi Energi Bakal Jebol?

Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan dampak nilai tukar rupiah yang nyaris Rp16.000 per dolar AS terhadap subsidi energi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati./ Dok Kemenkeu RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati./ Dok Kemenkeu RI

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menku) Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa pemerintah akan terus memantau pelemahan rupiah yang nyaris tembus Rp16.000 per dolar AS terkait dengan asumsi makro di APBN 2024, khususnya berkaitan dengan subsidi energi.

Hal ini disampaikannya usai Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan perkembangan nilai tukar rupiah kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Senin (23/10/2023). 

Penyebabnya, dia mengamini bahwa hingga saat ini, semua harga terus bergerak naik termasuk, harga minyak, nilai tukar, suku bunga global.

"Kita akan lihat bagaimana adjustment-nya terhadap APBN. Soal subsidi energi, kita sampai hari ini belum melihat itu sebagai hal yang signifikan, paling tidak sekarang kita lihat perkembangan di mid east yang masih kita jaga dan waspadai, karena kan di sana konsentrasi produksi minyak," ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (23/10/2023).

Adapun, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup makin melemah nyaris tembus Rp16.000 pada perdagangan hari ini, Senin (23/10/2023). Sederet mata uang kawasan Asia lainnya juga tergerus oleh dolar AS yang kian mengganas.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Senin, (23/10/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,38% atau 61 poin ke level Rp15.933 per dolar AS, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam dibanding mata uang Asia lainnya.

Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,04% ke posisi 106,20 pada sore ini.

Sebelumnya, Badan Anggaran DPR RI dan Pemerintah menyepakati asumsi dasar ekonomi makro dalam RAPBN tahun anggaran 2024 pada pembicaraan tingkat I, yang selanjutnya akan disahkan pada pembicaraan tingkat II. Salah satu indikator yang disepakati, yaitu kenaikan harga minyak.

Asumsi makro yang juga disepakati tetap dari asumsi pada RAPBN 2024 sebelumnya, diantaranya laju inflasi sebesar 2,8 persen, nilai tukar rupiah Rp15.000 per dolar AS, dan tingkat suku bunga SBN 10 tahun 6,7 persen.

Sementara itu, asumsi harga minyak mentah Indonesia/ICP dinaikkan menjadi sebesar US$82 per barel dari sebelumnya US$80 per barel, serta target lifting minyak bumi yang dinaikkan dari 625.000 barel per hari menjadi 635.000 barel per hari. Adapun, target lifting gas bumi disepakati tetap sebesar 1,03 juta barel setara minyak per hari.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper