Bisnis.com, JAKARTA — Eksportir beras terbesar di dunia, India, kembali menerapkan pengetatan terhadap ekspor beras. Langkah itu diprediksi akan makin menekan pasokan bahan pangan pokok global.
Dilansir dari Bloomberg Senin (28/8/2023) dinihari, pemerintah India akan menetapkan harga dasar senilai US$1.200 per ton untuk ekspor beras basmati menurut otoritas perdagangan setempat. Kebijakan ini diambil sebagai upaya pencegahan penyelundupan beras putih nonbasmati yang sebelumnya telah dilarang untuk diekspor.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan India mengumumkan akan memungut pajak ekspor sebesar 20 persen untuk beras pratanak (parboiling rice) pada Jumat (25/8/2023).
Bloomberg melaporkan India memiliki pangsa pasar sekitar 40 persen terhadap perdagangan beras global tahun lalu. India telah membatasi penjualan ke luar negeri untuk semua varietas non-basmati, yang menyumbang sekitar 80 persen dari total pengiriman berasnya.
Presiden Asosiasi Eksportir Beras B.V. Krishna Rao sebelumnya mengatakan langkah itu akan membuat harga-harga domestik akan turun dan hal ini akan membantu pemerintah dalam mengendalikan inflasi pangan.
Di sisi lain, harga beras Asia sendiri melonjak ke level tertinggi dalam hampir 15 tahun terakhir pada awal Agustus 2023. Hal ini membuat biaya bagi para importir semakin meningkat, terutama bagi Filipina dan beberapa negara Afrika.
Baca Juga
Rao juga mengatakan bahwa dengan langkah tersebut, harga-harga global akan naik dan para pembeli harus menyerap kenaikannya. Nantinya, akan ada negosiasi ulang antara pembeli dan penjual pada beberapa kontrak.
Dapat diketahui bahwa beras pratanak menyumbang sekitar sepertiga dari total pengiriman beras India. Beras pratanak sendiri adalah beras yang melewati proses yang melibatkan perebusan sebagian padi sebelum digiling, untuk meningkatkan nilai nutrisinya dan mengubah tekstur nasi.
Kemudian, beberapa restoran juga menggunakan beras pratanak karena sudah bersih dan lebih mudah dimasak.
Selain kebijakan terhadap beras pratanak, Negara Bollywood ini telah melarang beras patah (broken rice) dan beras putih non-basmati, membatasi pengiriman gandum dan gula, dan membatasi penimbunan beberapa hasil panen.
Kemudian, India juga mempertimbangkan untuk menghapuskan pungutan impor sebesar 40 persen untuk gandum, menjual tomat, bawang dan biji-bijian dari cadangan negara untuk meningkatkan pasokan lokal.
Menurut pemberitahuan, meskipun bea masuk untuk beras setengah matang mulai berlaku pada 25 Agustus, para eksportir yang memiliki surat kredit yang sah sebelum perintah pemerintah akan diizinkan untuk mengirimkan biji-bijian.