Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia akan menyusut menjadi US$2,30 miliar pada Juli 2023.
Untuk diketahui, Badan Pusat statistik (BPS) akan mengumumkan data neraca perdagangan, ekspor, dan impor pada Selasa (15/8/2023).
“Kami memperkirakan Indonesia akan mempertahankan tren surplus perdagangan pada Juli meskipun surplus terlihat menyempit. Surplus yang diantisipasi diperkirakan sebesar US$2,30 miliar, menandai penurunan dari bulan sebelumnya yang mencapai US$3,46 miliar,” kata Faisal, Senin (14/8/2023).
Faisal mengatakan penurunan surplus pada Juli 2023 disebabkan oleh menurunnya aktivitas perdagangan global, yang didorong oleh melemahnya permintaan global di tengah inflasi yang masih tinggi.
Kondisi ini, lanjutnya, mendorong penerapan suku bunga kebijakan yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Permintaan internasional yang lemah juga memicu berlanjutnya penurunan harga komoditas.
Dia memperkirakan kinerja ekspor pada Juli 2023 akan terkontraksi sebesar 20,07 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melanjutkan kontraksi pada Juni 2023 sebesar 21,18 persen yoy.
Baca Juga
Secara bulanan, kinerja ekspor juga diperkirakan turun sebesar 1,19 persen (month-to-month/mtm).
“Beberapa faktor utama yang mendasari kontraksi ekspor ini termasuk PMI manufaktur China yang berada di bawah ambang batas 50, tren penurunan Baltic Dry Index, dan penurunan harga komoditas yang berkelanjutan secara tahunan,” jelasnya.
Di sisi lain, Faisal memperkirakan impor Indonesia akan mengalami kontraksi pada tingkat yang lebih rendah dari ekspor, yaitu sebesar 15,38 persen yoy.
Secara bulanan, impor justru diperkirakan tumbuh sebesar 5,31 persen mtm. Peningkatan ini mengindikasikan kondisi permintaan di dalam negeri yang masih kuat.
Kenaikan impor secara bulanan ini didorong oleh kenaikan harga minyak pada Juli 2023. Selain itu, perkembangan ini juga terindikasi dari PMI manufaktur Indonesia yang terus naik menjadi 53,3 pada Juli 2023 dari 52,5 pada Juni 2023.
Menurutnya, dengan perkembangan neraca perdagangan hingga Juli 2023, neraca transaksi berjalan pada akhir tahun akan mengalami defisit yang terkendali.
Kinerja ekspor yang melemah akibat penurunan harga komoditas, sejalan dengan pelemahan permintaan global, diperkirakan akan diimbangi oleh kinerja impor yang relatif lebih kuat.
“Kami memperkirakan neraca transaksi berjalan akan mencatat defisit kecil sebesar -0,65 persen dari PDB pada 2023, dibandingkan surplus 0,99 persen dari PDB pada 2022,” kata Faisal.