Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tengah tahun Indonesia atau selama semester I/2023 sebesar 1,24 persen (year-to-date/ytd), di bawah target makro yang mana berada pada rentang 2-4 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan tren inflasi tengah tahun selama 2019-2023 cenderung selalu dibawah target.
“Kecuali pada 2022 yang mana saat itu inflasi telah mencapai 3,19 persen ytd,” ujarnya dalam Rilis BPS, Senin (3/7/2023).
Sebagai informasi, secara matematis inflasi tengah tahun merupakan persentase perubahan indeks harga konsumen atau IHK pada Juni tahun berjalan terhadap IHK Desember tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, Pudji menjelaskan berdasarkan sebaran inflasi tengah tahun menurut wilayah, Jambi menjadi wilayah yang mencatatkan inflasi sama dengan angka nasional, yaitu 1,24 persen
BPS mencatat sebanyak 62 kota mengalami inflasi tengah tahun lebih tinggi dari angka nasional. Sementara itu, kota Merauke mengalami inflasi tengah tahun tertinggi, yakni 4,65 persen.
Baca Juga
Sebanyak 26 kota lainnya juga mengalami inflasi tengah tahun, namun lebih rendah dari capaian nasional.
Selain itu, Kota Bandung mencatatkan deflasi pada semester I/2023, yakni sebesar 0,3 persen. Hal ini didorong karena penyesuaian kembali tarif PDAM.
Secara keseluruhan, komoditas beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, bawang putih, dan emas perhiasan menjadi pendorong inflasi tengah tahun.
“Sepanjang 2018-2023 tingkat inflasi pertengahan tahun kelompok bergejolak relatif lebih tinggi selama 5 tahun terakhir terlihat disumbang oleh komoditas pangan bergejolak,” tambah Pudji.
Adapun, inflasi tengah tahun atau pada semester I/2023 untuk bahan makanan sebesar 3,17 persen. Inflasi tersebut teredan oleh deflasi dari kelompok energi sebesar 0,94 persen akibat penurunan harga bensin dan solar.