Bisnis.com, JAKARTA—Sepekan ini, sosok Sugianto Kusuma alias Aguan ramai bergaung kian kencang menjadi pembicaraan hangat publik. Aguan yang merupakan salah satu Kelompok Sembilan Naga dan bos Agung Sedayu Group turun gunung memimpin langsung perusahaan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI).
Berita terkait industri properti konglomerat Aguan menjadi salah satu isu yang dikemas secara analitik dan mendalam di BisnisIndonesia.id. Berikutnya juga dirangkum beberapa isu ekonomi bisnis pilihan lainnya dalam Top 5 News BisnisIndonesia.id Kamis (8/6/2023).
1. Jejak Tangan Dingin Sang Naga Aguan Kuasai Properti Elit Jakarta
Sepak terjang Aguan dalam mengelola bisnis membuatnya kerap disebut sebagai bagian dari deretan Sembilan Naga atau The Gang of Nine. Julukan tersebut diberikan kepada para pengusaha yang memiliki gurita bisnis dan berpengaruh besar sejak masa Orde Baru.
Aguan yang lahir pada 1951 sempat berprofesi sebagai penjaga gudang dan asisten di sebuah kantor perusahaan impor. Perjalanan karier yang mengantarkannya menjadi konglomerat seperti sekarang berawal dari pertemuannya dengan seorang pemborong bangunan. Pertemanannya dengan pemborong tersebut membuat Aguan belajar tentang bisnis properti.
Aguan memulai karirnya dengan turut serta membangun perusahaan properti, yakni Grup Agung Podomoro bersama dengan Trihatma Kusuma Haliman. Usai bekerja sama dengan Trihatma, pada 1971 dia memulai bisnis sendiri yang menjadi cikal bakal Agung Sedayu Group.
Awal mulanya ASG merupakan perusahaan kontraktor untuk rumah pertokoan atau ruko. ASG dan Aguan terbilang sukses dalam merintis bisnis pada segmen ruko, mereka lantas melanjutkan ekspansi pada bisnis properti komersial.
Proyek yang membesarkan nama ASG salah satunya adalah pembangunan Harco Mangga Dua pada 1991. Mangga Dua merupakan mal elektronik terintegrasi pertama di Indonesia yang masih eksis hingga hari ini.
Aguan juga dekat dengan pendiri Grup Mulia Eka Tjandra. Bisnis Aguan semakin berkembang ketika dia bertemu dengan Tommy Winata (TW). Aguan dan TW memiliki kesamaan dalam bisnis properti hingga bersama-sama merintis Grup Artha Graha. Grup Artha Graha merupakan konglomerasi yang melakoni bisnis lintas sektor. Mulai dari properti, keuangan, argoindustri, perhotelan, pertambangan, media dan hiburan, ritel, hingga teknologi.
Mereka bekerja sama dan menghasilkan pengembangan kawasan real estat besar seperti Pantai Indah Kapuk, Kelapa Gading, Mal Artha Gading, dan kawasan elit SCBD (Sudirman Central Business District).
2. Kresna Life Tak Lagi Perusahaan Asuransi setelah OJK Cabut Izin
Pengamat menilai langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencabut izin usaha PT Asuransi Jiwa Kresna (Kresna Life) sudah bisa diduga. Pasalnya, perusahaan asuransi itu tidak dapat mengatasi penyebab dikenakannya status pembatasan kegiatan usaha (PKU) yang sudah berlangsung lama.
Kresna Life dianggap gagal lantaran tidak ada setoran modal dari pemegang saham maupun investor baru. Selain itu, upaya pengalihan kewajiban kepada pemegang polis dengan skema subordinate loan (SOL) meskipun didukung oleh sebagian besar pemegang polis pun menghadapi masalah administrasi dan tidak memberi keyakinan adanya perbaikan risk-based capital (RBC).
“Ketika izinnya sudah dicabut [OJK], Kresna Life sudah bukan lagi perusahaan asuransi. Karena UU perasuransian menyebut bahwa harus terpenuhi syarat perusahaan asuransi yaitu menjalankan perusahaan asuransi dan mendapat izin dari OJK,” kata Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo dikutip Bisnis, Sabtu (24/6/2023).
Dengan pencabutan izin usaha, lanjut Irvan, Kresna Life juga terbuka lebar untuk mengajukan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) sesuai Undang-Undang 37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU sebagai solusi akhir dan bermartabat bagi pemegang polis selaku kreditur.
3. Rencana Damai Putra Group Terus Memperkuat Bisnis Properti
Meredanya pandemi Covid-19 menjadi sebuah keoptimisan tersendiri bagi sektor properti untuk terus mengalami pemulihan. Sepanjang tahun ini, pengembang Damai Putra Group menargetkan perolehan marketing sales atau pra penjualan mencapai Rp1,49 triliun.
Hingga 30 Maret 2023, Damai Putra Group berhasil membukukan pra penjualan 70 persen dari target 3 bulan yang senilai Rp450 miliar. Adapun realisasi marketing sales sepanjang tahun lalu mencapai 85 persen dari target Rp1,45 triliun.
Untuk diketahui, Damai Putra Group merupakan pengembang Kota Harapan Indah di Bekasi. Proyek lainnya di Jabodetabek adalah The Royal Residence, Green Ara, de’ Residence, Segara City, Harapan Mulya, Tera Damai dan Catha Rempoa.
Lalu di Yogyakarta, Damai Putra Group mengembangkan Casa Grande, Vasana dan Green Hills. Kemudian di Sidoarjo, perumahan yang dibangun adalah Delta Sari Indah, Delta Sari Baru, Grand Delta Sari dan Graha Tirta.
General Manager Sales Damai Putra Group Hadi Putra mengatakan sepanjang tahun ini, sektor properti terlihat adanya pergerakan positif. Hal itu juga didorong kondisi ekonomi yang mengalami pertumbuhan positif.
Hingga saat ini, Indonesia tak terdampak oleh resesi ekonomi global. Oleh karena itu, diyakini sektor properti sudah mengalami kebangkitan di tahun ini.
4. Peluang Besar China Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan tengah mempertimbangkan negara mana yang akan diajak bekerja sama untuk melaksanakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan RI itu tidak menutup pintu bagi negara-negara lain yang ingin terlibat dalam proyek Kereta Cepat.
“Ya nanti mana saja,” katanya kepada awak media di Djakarta Theater, Sabtu (24/6/2023).
Kendati demikian, lanjut Luhut, yang paling banyak memproduksi kereta api cepat di dunia saat ini dipegang oleh China sehingga ada kemungkinan China kembali masuk dalam daftar negara yang akan diajak untuk menggarap proyek Kereta Cepat.
“Kalau kita lihat sekarang yang paling banyak memproduksi kereta api cepat di dunia kan Tiongkok, 40.000 km. Jadi cost [biaya] dia pasti lebih murah,” ujarnya.
5. Strategi Bank Digital Jaga NPL dari Kredit Channeling
Bank digital telah gencar menyalurkan kredit secara tidak langsung melalui skema partnership atau channeling dengan sejumlah mitra. Bank digital pun mengupayakan agar risiko kredit tetap terjaga dalam skema penyaluran kredit channeling ini.
Bank digital besutan konglomerat Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) misalnya menyalurkan kredit menggunakan skema channeling, kerja sama dengan sejumlah mitra seperti ekosistem CT Corp yang juga merupakan pemegang saham pengendali, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) hingga Traveloka.
Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo, mengatakan bahwa skema tersebut sebetulnya memberi keuntungan bagi bank dalam menjaga risiko kredit.
Allo Bank sendiri telah mencatatkan portofolio kredit Rp7,16 triliun pada kuartal I/2023, turun tipis 1 persen secara tahunan (year-on-year/ YoY). Namun, perseroan mencatatkan perbaikan kualitas yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) secara gross turun 19 basis poin (bps) menjadi 0,05 persen dan NPL net turun 10 bps menjadi 0,03 persen.
"Dengan kolaborasi, jadinya kita berbagi risiko. Tidak masuk ke open banget, kita bisa lihat partner yang punya history customer," ujarnya setelah acara Open Finance Summit 2023 pada Rabu (21/6/2023) di Jakarta.
Melalui skema channeling, Allo Bank juga mampu menganalisis risiko calon nasabah melalui teknologi yang diterapkan oleh partner. "Itu fungsi kolaborasi, lebih efisien, monetize lebih baik lagi," ujarnya.