Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Neraca Dagang Naik Jangan April Mop hingga NIM Gemuk BPD

Berita pilihan: Harapan prediksi kenaikan neraca dagang April bukan semu hingga margin bunga gemuk (NIM) BPD
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah mengalami kondisi terburuk pada Maret, surplus neraca peragangan Indonesia diprediksi rebound secara perlahan. Konsensus ekonomi meyakini neraca perdagangan Indonesia pada April 2023 akan naik ke level di atas US$3 miliar setelah terkapar di titik US$2,9 miliar pada Maret 2023.

Posisi Maret 2023 atercatat sebagai surplus terkecik pada neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2022.

Konsensus para ekonom yang dihimpun Bloomberg memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada April akan mencapai US$3,5 miliar.

Sementara itu, Trading Economic mencatat konsensus ekonom memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia berada di kisaran US3,38 miliar.

Konsensus tersebut lebih tinggi dari prediksi Trading Economic sendiri yang memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mengumpulkan surplus US$3,2 miliar.

Berita tentang neraca dagang menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Sabtu (13/5/2023). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:

 

Drama Politik Anggaran AS, Pagu Utang dan Permainan Orang Dewasa

Drama politik anggaran Amerika Serikat tak lagi menjadi konsumsi dalam negeri. Negara lain turut menyoroti drama politik anggaran AS yang tak kunjung selesai. Jerman mengkhawatirkan jika orang-orang dewasa di AS tidak “berpikir dewasa”, kondisi akan kian berlarut-larut.

Ekonomi global dinilai akan menghadapi risiko jika pembicaraan soal kenaikan pagu utang antara kubu Demokrat dan Republik di AS mengalami kebuntuan.

Berbicara di sela-sela KTT G7 di Jepang, Jumat (12/5/2023), Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengingatkan para politisi AS untuk berpikir lebih jernih.

Menurut Lindner prospek ekonomi global masih rapuh. Dia berharap para pihak di AS tidak terpengaruh oleh pandangan jangka pendek atau keberpihakan.

 

Komitmen Pengembang Kakap Bangun Properti Berkelanjutan

Untuk mencapai nol emisi karbon atau net zero emission (NZE), para pengembang dituntut untuk membangun properti yang berkelanjutan di mana juga mengusung konsep bangunan hijau dan eco friendly.

Industri properti memberikan sumbangsih sebesar 40 persen dalam emisi karbon global. Untuk itu, pengembang kini didorong membangun proyek dengan aspek keberlanjutan. Terlebih, Indonesia juga memiliki target mencapai nol emisi karbon pada 2060 atau lebih cepat.

Direktur Utama PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Stefanus Ridwan mengatakan dalam pembangunan properti baik hunian maupun komersial, Pakuwon mengusung konsep bangunan ramah lingkungan.

Konsep ini bangunan eco-friendly ini tidak hanya pada desain bangunan dan lingkungan saja tetapi juga bahan bangunan yang digunakan ramah lingkungan.

Salah satunya, proyek mixed use yang saat ini tengah dibangun Pakuwon di Bekasi mengusung ramah lingkungan dengan konsep pengembangan green residential. Mixed use ini terdiri dari Pakuwon Mall Bekasi-the Next Kota Kasablanka, apartemen dan dua international chained hotel yaitu Four Points by Sharton dan Fairfield by Marriot.

 

Berharap Prediksi Kenaikan Neraca Dagang April Bukan April Mop

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2023 menyempit menjadi US$ 2,91 miliar, lebih kecil dibandingkan surplus Maret 2022 yang mencapai US$4,54 miliar.

Menciutnya surplus pada Maret 2023 dipengaruhi kinerja  ekspor yang  turun lebih banyak dibandingkan impor.

Mengutip Badan Pusat Statistik Indonesia, Trading Economic menggarisbawahi bahwa pengiriman anjlok 11,33 persen dari tahun sebelumnya menjadi US$23,50 miliar pada Maret 2023.

Hal itu ditengari sebagai penurunan pertama dalam 29 bulan dan laju tertajam sejak Mei 2020. Penurunan terutama dipengaruhi moderasi harga komoditas, terutama minyak kelapa sawit.

 

Jalan Pertumbuhan Searah Kredit Leasing dan Fintech

Penyaluran kredit, baik dari sisi pembiyaaan leasing hingga pinjaman online (pinjol) terhitung moncer. Situasi itu tercermin dari tren penyaluran pembiayaan yang terus mengalami pertumbuhan.

Dalam hal ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penyaluran pembiayaan berdasarkan kategori usaha debitur mencapai Rp461,81 triliun per Maret 2023.Nominal itu meningkat hingga 16,11 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) dari Rp397,73 triliun pada Maret 2022.

Adapun pertumbuhan terjadi pada setiap kategori usaha, di mana usaha mikro menjadi kontributor tertinggi dengan pertumbuhan menyentuh 42,82 persen YoY pada Maret 2023. Jika diperinci, penyaluran pembiayaan untuk usaha besar mencapai Rp73,81 triliun atau naik 17,59 persen YoY dari sebelumnya Rp62,77 triliun. Hal sama terjadi pada usaha menengah yang naik 5,28 persen YoY menjadi Rp47,35 triliun.

Selanjutnya, diikuti dengan usaha kecil menjadi Rp47,85 triliun atau naik 24,88 persen, dan usaha mikro yang tumbuh 42,82 persen YoY Rp56,45 triliun. Sementara itu, untuk kategori lainnya mencapai Rp236,33 triliun atau naik 11,41 persen YoY.

 

Setumpuk Masalah BPD di Balik Margin Bunga yang Gemuk

Kalangan bank pembangunan daerah (BPD) merupakan kelompok bank dengan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) tertinggi di antara pelaku jasa perbankan. Namun, ada setumpuk masalah di industri perbankan daerah ini yang seakan tak mampu terurai.

Berdasarkan Laporan Profil Industri Perbankan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NIM bank umum konvensional meningkat 17 basis points (bps) secara tahunan (year-on-year/ YoY) menjadi sebesar 4,8 persen per Desember 2022 dibandingkan tahun sebelumnya di level 4,63 persen.

Di antara kelompok bank konvensional ini, BPD tercatat memiliki NIM tertinggi, yakni 5,76 persen. Persentase margin tersebut naik 4 bps dibanding tahun sebelumnya. Dengan kata lain, NIM kalangan BPD ini mencapai 100 bps lebih tinggi dibanding rata-rata industri perbankan konvensional nasional.

Sebagai pembanding, kalangan bank BUMN memiliki NIM 5,24 persen per Desember 2022, naik 8 bps YoY. Sementara itu, bank umum swasta nasional (BUSN) mengalami peningkatan NIMN 24 bps YoY ke level 4,39 persen, sedangkan kantor cabang bank luar negeri (KCBLN) naik 54 bps menjadi 2,71 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper