Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah mengajak investor Jerman untuk berinvestasi pada teknologi pengembangan panel surya di Indonesia. Ajakan itu menjadi langkah strategis pemerintah untuk mengimbangi dominasi China pada industri panel surya global saat ini.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, pemerintah telah meminta Jerman untuk ikut menyalurkan teknologi pengembangan panel surya mereka ke Indonesia yang selama ini berfokus untuk pasar China.
Rida menuturkan, permintaan itu sudah disampaikan secara resmi saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 2022 di Schloss Elmau, Jerman pertengahan tahun lalu.
“Makanya waktu itu kita datang ke Jerman, datang ke dua menterinya bisa nggak kamu transfer [teknologi] ke kita, baru kita bisa kontribusi untuk itu dan menyeimbangkan kekuatan tidak semuanya dunia tergantung pada China,” kata Rida di Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Menurutnya, permintaan itu beralasan lantaran China menguasai seluruh pasar panel surya dunia saat ini. Adapun, industri panel surya China sebagian besar ditopang oleh teknologi yang berasal dari Jerman.
Di sisi lain, beberapa material seperti pasir silika hingga turunan bauksit seperti alumina dan aluminium sebagai bahan baku panel surya diimpor relatif besar dari Indonesia.
Baca Juga
“Solar sel itu kan didominasi oleh teman-teman China, kita juga tahu teknologinya dari Jerman cuma pabrikasinya di sana bahan bakunya ada yang datang dari Indonesia,” tuturnya.
Sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) tengah mendorong pembangunan pabrik panel surya pertama di Indonesia lewat kerja sama badan usaha milik negara (BUMN) dengan swasta. DEN sudah memegang komitmen PT Len Industri (Persero), PT PLN Indonesia Power, dan PT Agra Surya Energy untuk berinvestasi pada pembangunan pabrik panel surya pertama di Indonesia tahun ini.
“Kita sudah lakukan feasibility study, kita butuh dana Rp4 triliun untuk membangun pabrik untuk modul surya itu,” kata Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto saat ditemui di Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Djoko mengatakan, inisiasi pembentukan pabrik panel surya itu menjadi krusial di tengah impor komponen bahan baku yang terbilang tinggi dari China beberapa waktu terakhir.
Di sisi lain, kata dia, Indonesia justru melakukan ekspor pasir silika sebagai salah satu bahan dasar pembentuk komponen panel surya yang relatif besar setiap tahunnya ke China.
Seperti diketahui, Kementerian Perdagangan mencatat ekspor pasir silika ke China sempat menyentuh di angka 1,39 juta ton pada 2021. Saat itu, nilai ekspor ditaksir mencapai di angka US$23,18 juta.
“Selama ini kita hanya instalasi begitu, perakitan saja, kalau sekarang masih impor kita belum punya pabrik itu, kita akan bangun pabrik itu,” tuturnya.