Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya Transisi Energi Lebih Murah dari Perkiraan Awal

Hasil riset LGIM mengungkapkan bahwa biaya transisi energi bisa lebih murah dari perkiraan awal.
Energi terbarukan/Istimewa
Energi terbarukan/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Legal & General Investment Management  (LGIM) menilai bahwa biaya untuk melepaskan ketergantungan ekonomi global terhadap bahan bakar fosil bisa jauh lebih murah dari perkiraan awal, termasuk untuk investasi lebih dalam di alternatif energi hijau.

Dilansir dari Bloomberg, berdasarkan laporan Legal & General Investment Management yang terbit pada Rabu (29/3/2023), perusahaan manajemen aset asal Eropa itu telah melakukan sejumlah tinjauan dari berbagai skenario iklim dan menghasilkan temuan terkait biaya dalam mengatasi permasalahan krisis iklim.

Penemuan itu dinilai mengejutkan, karena biaya untuk membatasi kenaikan suhu global kurang dari 2° celcius ternyata jumlahnya tidak signifikan secara statistik.

Biaya yang diperlukan diperkirakan setara dengan 1 basis poin dari produk domestik bruto (PDB) global per bulan selama seperempat abad ke depan.

"Total biaya ekonomi jika disetahunkan selama seperempat abad ke depan akan sangat rendah sehingga Anda memerlukan kaca pembesar untuk melihatnya," ujar kepala solusi iklim LGIM Nick Stansbury, dilansir dari Bloomberg pada Rabu (29/3/2023).

Transisi menuju sistem ekonomi dan nol emisi karbon netto, menurut LGIM, akan menjadi perombakan ekonomi terbesar di zaman modern.

Bagi para investor, risiko dan peluangnya berlipat ganda, dengan beberapa industri yang mereda sementara lainnya bisa muncul.

Biaya untuk teknologi dekarbonisasi utama, seperti energi terbarukan dan kendaraan listrik, telah menurun secara signifikan pada dekade terakhir.

Biaya listrik untuk proyek-proyek tenaga surya yang baru ditugaskan turun 88 persen antara 2010 dan 2021, serta biaya untuk proyek tenaga angin di darat menurun 68 persen.

LGIM menilai bahwa biaya transisi dalam menjaga suhu global di bawah 2°C akan sangat murah sehingga tidak akan memengaruhi ekonomi jangka panjang secara signifikan.

Bahkan, LGIM berpandangan bahwa biaya transisi tidak lagi menjadi faktor yang relevan, dan sebagai gantinya fokus harus beralih ke percepatan sistem energi rendah karbon.

Perusahaan itu menilai bahwa ekonomi global akan menghemat sekitar US$19 triliun pada 2050 jika proses transisi dimulai dengan sungguh-sungguh pada hari ini, bukannya 2030.

Namun, Stansbury menilai bahwa kecepatan dan sifat transisi itu akan menimbulkan potensi volatilitas yang signifikan untuk portofolio investor.

"Kami berjuang untuk menemukan instrumen keuangan di suatu tempat di dunia yang tidak akan terpengaruh oleh perubahan iklim dan transisi energi," ujar Stansbury.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper