Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor industri pengolahan pada Januari 2023 mencapai US$15,65 miliar. Angka ini menunjukkan industri pengolahan mengalami penurunan sebesar 5,03 persen dari bulan sebelumnya (month to month) yang mencapai US$16.47 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah menyebut turunnya ekpor industri pengolahan tersebut dipicu oleh menurunnya nilai ekspor beberapa komoditas di industri pengolahan.
“Untuk industri pengolahan turun sebesar 5,03 persen month to month (m to m), utamanya didorong oleh penurunan pada komoditas besi, baja, minyak kelapa sawit serta timah,” katanya dalam rilis resmi BPS dikutip dari laman Youtube resmi BPS pada Jumat (17/2/2023).
Sementara, secara year on year (yoy), industri pengolahan non migas juga mencatatkan penurunan ekspor sebesar 0,44 persen dibanding Januari 2022 yang sebesar 15.721.
“Ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor industri pengolahan pada Januari 2023 turun 0,44 persen yang disumbang oleh menurunnya ekspor pakaian jadi (konveksi) dari tekstil,” tulis BPS dalam laman resminya dikutip pada Jumat (17/2/2023).
Meskipun demikian, nilai ekspor industri pengolahan ini menyumbang sebesar 70,15 persen terhadap nilai ekspor secara keseluruhan pada Januari 2023 ini.
Baca Juga
Secara keseluruhan, nilai ekspor pada Januari 2023 sebesar US$22,31 miliar, ini mengalami penurunan sebesar 6,36 persen dibanding Desember 2022 (month to month/m to m). Lantaran pada Desember lalu, nilai ekspor tercatat sebesar US$23,83 miliar.
M. Habibullah menuturkan, penurunan ekspor total secara m to m ini melanjutkan tren penurunan nilai ekspor pada bulan Desember lalu terhadap bulan November sebesar 1,10 persen.
“Penurunan ekspor pada 5 bulan terakhir ini terjadi baik dari sisi nilai maupun volume,” kata M. Habibullah.
Lalu secara year on year (yoy), ekspor secara keseluruhan mengalami peningkatan 16,37 persen. Lantaran pada Januari 2022 lalu nilai ekspor tercatat mencapai 19.17 miliar.