Bisnis.com, JAKARTA - Area marketing gallery salah satu pengembang perumahan di kawasan Cikarang, Bekasi, Jawa Barat riuh rendah, Minggu (5/2/2023). Gelaran tari dan musik mengiringi anak-anak yang sedang mengikuti lomba mewarnai yang diadakan pihak developer.
“Ini untuk menarik minat dan membangun suasana keakraban dengan calon customer,” ujar Ratri, salah seorang staf pemasaran yang ditemui di sela acara.
Saat acara berlangsung, di dalam ruang pamer yang diisi maket dan peta kawasan, para tenaga penjual terlihat sibuk menjelaskan kepada para orang tua yang berminat atas nuansa baru komplek ini. Setelah lebih dari 10 tahun menyasar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), kawasan yang berada di pinggir jalan utama lintas Cikarang-Jakarta itu menawarkan hunian lanjutan.
Ratri menyebutkan, kawasan yang akan dikembangkan melingkupi kawasan komersial, hunian dengan konsep minimalis, dan pusat perbelanjaan. Secara total, kawasan ini mencakup areal seluas 500 hektare. Rumah yang dijual menyasar kelompok ekonomi menengah dengan harga mulai dari Rp400 juta.
Haris Maulana (40 tahun), salah seorang calon pembeli terlihat antusias mendengar penjelasan marketing. Kepada Bisnis, ia bercerita tengah berencana mengambil rumah baru dengan cara mengangsur lewat kredit pemilikan rumah (KPR). Sebelumnya, dia sudah memiliki rumah pertama yang juga KPR dan bersubsidi. Rumah itu telah lunas sesuai jadwal 2 tahun lalu.
Menurut Haris, ia memang berniat mencari rumah yang lebih besar dan nyaman. Bertambahnya anggota keluarga, meningkatnya penghasilan, dan kebutuhan akan ruang lebih banyak menjadi pertimbangan. Sedangkan rumah yang disasar oleh pekerjaan informal ini adalah kawasan yang memiliki kelengkapan fasilitas dan dekat dengan tempat ia mencari nafkah.
“Memang ada rencana ambil rumah lagi lanjut pakai KPR BTN [seperti sebelumnya],” ujar agen pemasaran lepas pada salah satu perusahan kesehatan swasta nasional di Cikarang itu.
Selain karena sudah memiliki hubungan panjang dengan PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. (BBTN) atau BTN, Haris mengaku merasa terbantu dengan adanya aplikasi BTN Mobile. Sejak menggunakan aplikasi itu, ia merasa lebih mudah dalam urusan pembayaran saat masih mencicil rumah pertama.
Di tempat yang sama, Lina (37 tahun) salah seorang calon pembeli lainnya yang Bisnis temui juga berencana mengambil rumah lanjutan. Menurut perempuan berkaca mata itu, pilihan membeli rumah kedua sebagai bentuk persiapan menyambut masa pensiun.
“Beli properti ini rencananya nanti untuk anak,” katanya.
Lina juga memilih membeli rumah kedua dengan skema KPR. Prioritas pertamanya adalah BTN. Bank yang telah menjadi mitra membeli rumah pertamanya kala 2007 silam.
Menurut Lina, sebelum melakukan kunjungan fisik ke komplek perumahan yang sedang melakukan pameran ini, dia sudah terlebih dahulu melakukan penelusuran informasi di BTN Property. Termasuk memperkirakan besaran iuran hingga kemungkinan bentuk KPR yang paling meringankan.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo menuturkan kemudahan dan fleksibilitas memang menjadi salah satu tujuan utama hadirnya BTN Mobile.
Haru menjelaskan, perusahaan terus mendorong nasabah untuk memanfaatkan layanan digital agar bisa memanfaatkan berbagai fitur yang disiapkan. Saat ini, seluruh informasi dan layanan BTN sudah dapat diakses secara online.
“BTN ini fokus di perumahan, tentu akses nasabah kepada bank itu harus lebih cepat, lebih mudah, dan lebih murah. Digital itu akan membantu memfasilitasi ini karena mereka bisa melakukan aplikasi dari rumah melalui komputer, melalui mobile phone itu lebih mudah dan juga lebih cepat,” katanya di Bali, baru-baru ini.
Haru menyebutkan pihaknya terus mendukung masyarakat untuk memiliki rumah sendiri. Tidak terbatas pada kelompok ekonomi tertentu. Meski demikian, dia memastikan dukungan penuh pembiayaan hingga pemerintah bisa mengakhiri kesenjangan ketersediaan (backlog) terutama untuk kelompok MBR dan pekerja informal.
“Kami berupaya mendukung penyelesaian backlog perumahan tersebut dengan beberapa usulan yakni skema baru KPR FLPP, skema baru KPR subsidi selisih bunga, Rent to Own untuk MBR Informal, KPR dengan skema Staircasing Shared Ownership, Penetapan Imbal Jasa Penjaminan (IJP), dan pengalihan dana subsidi uang muka ke pembayaran pajak pembeli,” jelasnya dalam kesempatan terpisah.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo./Istimewa.
Beyond KPR
Pengamat Properti Maria Herawati Manik mengatakan memiliki rumah kedua tidak hanya bermanfaat untuk ditinggali tapi juga untuk investasi. Ia menyebut investasi sektor perumahan bisa menjadi pilihan tabungan masa depan.
“Rumah tapak juga bisa menyasar investor yang mengharapkan pengembalian sewa dan capital gain dari kenaikan harga properti,” terangnya.
Menurut Maria pembelian rumah untuk investasi dengan memanfaatkan fasilitas KPR bisa menjadi pilihan untuk jangka panjang. Berbagai kemudahan dan keringanan dapat menjadi solusi yang ditawarkan perbankan untuk nasabah.
Direktur Distribution and Funding BTN Jasmin mengakui inovasi menjadi jalan menjangkau lebih banyak nasabah. Itulah kenapa BTN melakukan transformasi menyeluruh. Termasuk untuk mendukung kemudahan masyarakat mengajukan KPR secara digital.
“BTN kan bank KPR, jadi dari kami dari aplikasi sampai processing [dilakukan digitalisasi]. Ada BTN Property, jadi bagaimana orang sebelum beli rumah mendownload, men-searching informasi rumah tipe apa yang dibeli, harganya berapa, lokasinya dimana, itu seluruh Indonesia ada,” katanya.
Lainnya dengan mempermudah komunikasi developer dengan calon pembeli menggunakan aplikasi BTN. Apalagi banyak pengguna aplikasi berasal dari nasabah BTN yang semula membeli rumah MBR. Terdapat lebih dari 6.000 pengembang perumahan memamerkan produk yang dimiliki pada aplikasi ini.
Pengembangan juga dilakukan dengan dukungan Smart Residence pada lini after self-service. Pihaknya memfasilitasi nasabah KPR yang membayar service charge, listrik, telepon, semua diwadahi. Ini menurutnya, menjahit ekosistem di perumahan yang dibiayai.
Atas langkah ini, Jasmin menyebutkan siap mendukung masyarakat yang ingin memiliki rumah komersil. “Ekosistem turunannya memang kami bidik [MBR naik kelas] harus di BTN,” katanya.