Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kronologi Gautam Adani Kehilangan Rp1.600 Triliun dalam Hitungan Hari

Berikut kronologi, fakta-fakta, serta penyebab Crazy Rich India Gautam Adani kehilangan Rp1.600 triliun dalam hitungan hari.
CEO Adani Group Gautam Adani/Business Insider
CEO Adani Group Gautam Adani/Business Insider

Bisnis.com, JAKARTA - Crazy Rich India Gautam Adani menjadi sorotan dunia dalam sepekan terakhir. Berikut krologi dan penyebab Gautam Adani kehilangan dana US$108 miliar atau setara dengan Rp1.600 triliun akibat skandal yang menjeratnya.  

Pemilik Adani Group tersebut berusaha meyakinkan investor setelah perusahaannya membuat kejutan dengan membatalkan penjualan sahamnya. Pada Rabu (1/2/2023), Adani Enterprises mengatakan akan mengembalikan US$2,5 miliar yang diperoleh dari penjualan kepada investor.

"Keputusan itu tidak akan memengaruhi operasi kami yang ada dan rencana masa depan," kata Adani dikutip dari BBC, Sabtu (4/2/2023).

Langkah tersebut mengakhiri minggu penting yang dimulai dengan perusahaan investasi AS Hindenburg Research membuat laporan yang menyatakan penipuan saham dan akutansi dan dilakukan oleh Adani Group. Laporan tersebut langsung menggegerkan dunia. 

Adani Group langsung membantah tudingan Hindenburg Research. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur. Nilai saham Adani Group telah hilang atau menguap di pasar hingga US$108 miliar atau setara dengan Rp1.600 triliun dalam beberapa hari saja. 

Gautam Adani sendiri telah kehilangan US$48 miliar dari kekayaan pribadinya. Kejadian tersebut membuat Adani terlempar dari Top 5 orang terkaya di Asia dan sekarang berada di urutan ke-16 dalam daftar miliarder yang dilansir Forbes.

Kronologi Kasus Gautam Adani

Kurang dari dua minggu lalu, Gautam Adani adalah orang terkaya ketiga di dunia di bawah Bernard Arnault dan Elon Musk. 

Saham Adani Enterprises, perusahaan unggulan dari konglomerat port-to-energy miliknya, rencananya akan mulai dijual pada 25 Januari 2023 dalam penawaran saham sekunder terbesar di India.

Tepat sehari sebelumnya, firma investasi yang berbasis di AS Hindenburg Research menerbitkan sebuah laporan yang menuduh kelompok Adani selama puluhan tahun melakukan manipulasi saham dan penipuan akuntansi yang "kurang ajar".

Hindenburg, yang berspesialisasi dalam "penjualan jangka pendek", bertaruh melawan harga saham perusahaan dengan harapan akan jatuh.

Adani Group menanggapi dengan menyebut laporan tersebut sebagai kombinasi jahat dari kesalahan informasi selektif dan tuduhan basi, tidak berdasar, dan mendiskreditkan. Namun, pernyataan itu tidak cukup untuk membendung ketakutan investor.

Gautam Adani memiliki tujuh perusahaan publik yang beroperasi di berbagai sektor, termasuk perdagangan komoditas, bandara, utilitas, pelabuhan, dan energi terbarukan. Banyak perbankan India dan perusahaan asuransi milik negara telah berinvestasi atau meminjamkan miliaran dolar AS kepada perusahaan yang terkait dengan grup tersebut.

Saat kekalahan nilai pasar berlanjut, Adani Group mengeluarkan sanggahan terperinci, yang mencapai lebih dari 400 halaman, dan menyebut laporan Hindenburg sebagai "serangan yang diperhitungkan terhadap India".

Dikatakan bahwa mereka telah mematuhi semua undang-undang setempat dan telah membuat pengungkapan peraturan yang diperlukan. Adani juga menuduh laporan itu dimaksudkan untuk memungkinkan Hindenburg "membukukan keuntungan finansial besar-besaran melalui cara yang salah dengan mengorbankan investor yang tak terhitung jumlahnya".

Hindenburg, bagaimanapun, mendukung laporan tersebut dan mengatakan bahwa Grup Adani telah gagal menjawab 62 dari 88 pertanyaan secara spesifik".

Reaksi Pasar

Saat penjualan saham Adani Enterprises dimulai pada 25 Januari 2023, responsnya tidak terdengar. Hanya 3 persen sahamnya yang telah diambil pada hari kedua karena investor ritel "balik kanan" akibat laporan Hindenburg Research. 

Namun, investor institusi asing dan dana perusahaan mendukung grup tersebut. Pada 30 Januari, Perusahaan Induk Internasional Abu Dhabi, didukung oleh anggota keluarga kerajaan UEA, menginvestasikan saham di grup Adani sebesar US$400 juta. 

Jelang menit-menit terakhir, taipan India Sajjan Jindal dan Sunil Mittal juga tercatat penjualan saham Adani dalam kapasitas pribadi mereka, tulis Bloomberg .

Analis Ambareesh Baliga mengatakan kepada Reuters setelah penjualan saham bahwa grup tersebut tidak dapat memenuhi tujuannya untuk memperluas kepemilikan saham. Imbasnya, saham berbagai perusahaan Gautam Adani terus turun.

Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Laporan Reuters dan Bloomberg mengatakan bahwa bank sentral India telah meminta pemberi pinjaman negara untuk rincian paparan mereka terhadap grup Adani. 

Gautam Adani lantas merespons kepada bursa India.

"Neraca kami sangat sehat dengan arus kas yang kuat dan aset yang aman, dan kami memiliki rekam jejak yang sempurna dalam membayar utang kami," kata Adani.

Edward Moya, seorang analis di broker OANDA, mengatakan kepada Reuters bahwa penarikan penjualan saham itu "mengganggu perusahaan" karena seharusnya menunjukkan bahwa perusahaan masih dipercaya oleh investor bernilai tinggi.

Unit kekayaan bank investasi Amerika, Citigroup, telah berhenti menerima sekuritas grup Adani sebagai jaminan untuk pinjaman margin.

Sementara itu, Credit Suisse telah berhenti menerima obligasi Grup Adani. Unit pemeringkat Moody's ICRA mengatakan sedang memantau dampak dari perkembangan terakhir pada saham Grup Adani.

Tapi Vinayak Chatterjee, pendiri dan pengelola wali Yayasan Infravision, optimis, menyebut situasi saat ini sebagai kegagalan jangka pendek.

“Saya telah mengamati kelompok ini selama seperempat abad sebagai ahli infrastruktur. Saya melihat berbagai proyek operasi dari pelabuhan, bandara, semen hingga energi terbarukan yang solid, stabil, dan menghasilkan arus kas yang sehat. Mereka benar-benar aman dari pasang surut. tentang apa yang terjadi di pasar saham," katanya kepada BBC.

Namun, Hemindra Hazari, seorang analis riset independen, mengaku terkejut bahwa pihaknya belum mendengar apapun dari regulator pasar SEBI atau pemerintah India hingga saat ini.

"Mereka seharusnya berbicara untuk menenangkan para investor," imbuhnya. 

Masalah ini juga memicu pertikaian politik. Gautam Adani dianggap dekat dengan Perdana Menteri India Narendra Modi dan telah lama menghadapi tuduhan dari politisi oposisi bahwa dia mendapat keuntungan dari ikatan politiknya. Namun, Adani membantah keras tudingan tersebut. 

Partai oposisi menuntut diskusi di parlemen tentang risiko investor India dari jatuhnya saham perusahaan Adani. Mereka juga meminta penyelidikan atas tuduhan Hindenburg Research. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper