Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Tren Aparthouse hingga Hoki Pasar Saham

Ulasan tren bisnis hunian hingga hoki pasar saham menjadi pilihan basahan BisnisIndonesia.id yang dikemas secara analitik dan mendalam.
Apartemen Tamansari Semanggi/wikarealty.co.id
Apartemen Tamansari Semanggi/wikarealty.co.id

Bisnis, JAKARTA—Beberapa tahun terakhir, tren hunian aparthouse (Apartment House) sangat diminati di kalangan masyarakat urban yang berada di kota besar khususnya di DKI Jakarta.

 Tanah di tengah Kota Jakarta yang makin sedikit dan makin mahal membuat pengembang properti terus berupaya memutar otak agar tetap bisa melakukan pengembangan. Terlebih, tengah kota Jakarta selalu menjadi lokasi incaran para calon pembeli rumah.

Ulasan tentang persoalan tren bisnis hunian masih menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, selain beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.

1. Konsep Hunian Aparthouse Jadi Tren Dilirik Pengembang Properti

Salah satu upaya yang dihadirkan adalah dengan mengembangkan properti residensial berkonsep baru yaitu aparthouse. Aparthouse merupakan rumah tapak berkonsep apartemen, dengan ukuran kecil tetapi dengan hak milik atas tanah.

Konsep hunian ini bahkan berhasil menggeser tren apartemen low-rise yang pernah menjadi incaran kalangan milenial perkotaan. Aparthouse diklaim memiliki banyak kelebihan terutama soal nilai investasi bila dibandingkan dengan apartemen low-rise. 

Pasalnya, para pemilik apartemen low-rise dibekali sertifikat kepemilikan strata title yakni hak milik atas satuan rumah susun. Sertifikat ini juga merupakan hak kepemilikan bersama atas sebuah kompleks bangunan. Sementara, pemilik aparthouse akan diberikan sertifikat hak milik (SHM), yang artinya kepemilikan aparthouse adalah kepemilikan sendiri, bukan kepemilikan bersama. Dari segi tampilan hunian, aparthouse memiliki konsep layaknya apartemen. Namun dari sisi investasi, pemilik akan punya tanah sendiri layaknya pemilik rumah tapak.

 

2. Inflasi Global Lalui Titik Puncak, Biaya Hidup Masih Krisis

Puncak inflasi di negara maju diprediksi sudah tercapai. Setelah AS yang mencatatkan penurunan inflasi sejak Juli 2022, Eropa diprediksi sudah sampai pada titik tertinggi inflasi. Meski belum ada sinyal yang menunjukkan penurunan inflasi, indikasi puncak inflasi di Eropa mulai memberi kelegaan dalam bernapas. Lantas bagaimana Asia, terutama Indonesia?

Berdasarkan data, titik tertinggi inflasi di Amerika Serikat (AS) terjadi pada Juni 2022. Saat itu inflasi AS tercatat di posisi 9,1 persen. Selanjutnya, dari Juli hingga Desember 2022 inflasi di AS menurun mulai dari 8,5 persen dan ditutup pada Desember di posisi 6,5 persen.

Sementara itu, inflasi di Eropa dinilai telah mencapai puncaknya, meski akan tetap di atas level sebelum Covid-19.

"Inflasi telah mencapai puncaknya tahun ini, tetapi masih akan di atas apa yang biasa kita alami sebelum pandemi tahun depan," ujar Kepala Ekonom untuk Asia-Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Mastercard Economics Institute David Mann kepada CNBC's "Squawk Box Asia", Jumat (20/1/2022).

3. Kiat Jitu Dongkrak Pengguna PLTS Atap Demi Kejar Karbon Netral

Ambisi pemerintah untuk mencapai porsi energi terbarukan dalam bauran energi primer mencapai 23 persen pada 2025 dan target mencapai karbon netral pada 2060 membutuhkan usaha yang keras. 

Pada perhelatan Presidensi G20 yang telah diselenggarakan di Bali pada akhir 2022 lalu, menguatkan komitmen Indonesia untuk bertransisi menuju energi yang berkelanjutan. Melihat jauh ke belakang, sejumlah upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah  untuk menjalankan komitmen tersebut adalah dengan memperbesar target bauran Energi Terbarukan termasuk mempensiunkan dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Pada 2030 Indonesia memiliki target penurunan emisi karbon di sektor energi sebesar 358 juta ton CO2e. Untuk jangka panjang, pemanfaatan dan pengembangan EBT (energi baru dan terbarukan) ditujukan guna mewujudkan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.

Saat ini Indonesia masih bergantung kepada energi fosil. Porsinya bahkan lebih dari 85 persen energi yang dihasilkan masih berasal dari energi fosil. Tentunya, sumber energi fosil ini merupakan bersifat terbatas dan sangat rentan terhadap krisis. Cadangan energi fosil dalam negeri terus menurun dan Indonesia telah menjadi negara importir bersih minyak. 

4. Di Balik Deru Laju Penjualan Bus

Penjualan kendaraan tipe bus sepanjang 2022 melejit seiring dengan dibukanya pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Kalangan operator dan penguasaha angkutan penumpang massal ini masih akan melaju kencang pada tahun ini.

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan bus sepanjang tahun lalu bertumbuh menjadi lebih dari dua kali lipat. Pada 2022, penjualan bus naik 126% (+1.881 unit) dibandingkan dengan capaian pada tahun sebelumnya 1.497 unit menjadi 3.378 unit. 

Seluruh segmen bus kompak mencatatkan kenaikan, mulai dari bus kecil dengan gross vehicle weight (GVW) 5-10 ton, bus medium GVW 10-24 ton, hingga bus besar dengan GVW lebih dari 24 ton.

Penjualan bus kecil mencatatkan penjualan paling tinggi hingga 175% menjadi 2.510 unit sepanjang tahun lalu sekaligus memperbesar dominasi penjualan hingga menjadi 74%. Segmen bus kecil diisi oleh merek, yakni Mitsubishi Fuso, Hino Motors, dan Tata Motors. 

Adapun segmen bus medium diisi oleh dua merek, yakni Hino Motors dan Mercedes Benz CV. Sepanjang tahun lalu, penjualan bus medium meningkat 50% dibandingkan dengan capaian pada tahun sebelumnya menjadi 840 unit.

Sementara di segmen bus besar menerakan kenaikan penjualan pada 2022 sebesar 17% menjadi 28 unit (+7 unit). Segmen bus besar sejauh ini hanya diisi oleh Mercedes Benz CV. 

5. Hoki Pasar Saham di Tahun Kelinci Air

Menjelang Tahun Baru Imlek 2023 atau 2574 Kongzili, pasar saham Indonesia belum begitu bertenaga. Namun, tahun baru yang tinggal menghitung hari ini diyakini memiliki peruntungannya sendiri. Pasar saham masih memiliki segudang alasan untuk bangkit tahun ini.

Indeks harga saham gabungan atau IHSG perlahan mulai bangkit kembali, setelah kejatuhan yang cukup tajam pada awal tahun ini. Hingga akhir perdagangan hari ini, Jumat (20/1/2023), IHSG sudah berhasil kembali ke zona hijau.

IHSG hari ini ditutup di level 6.874,93, naik 0,35 persen year-to-date (YtD). IHSG sudah berada dalam tren pembalikan arah setelah mencapai titik terendahnya pekan lalu, Rabu (11/1/2023) di level 6.584,45. Penurunan terdalam terjadi pada Kamis (5/1/2023), yakni mencapai -2,34 persen dalam sehari.

Potensi penguatan lanjutan IHSG ini masih sangat terbuka. Sejauh ini, IHSG memang masih menjadi indeks komposit dengan kinerja terburuk di Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Namun, sejumlah sentimen yang akan datang berpotensi kembali mengangkat performa IHSG.

Sementara itu, dari sisi peruntungan Feng Shui, sejumlah sektor memiliki hoki yang cukup baik di tahun Kelinci Air mendatang dan bisa menjadi pilihan investor. Tahun Kelinci Air disebut menjadi tahun yang baik untuk sektor pendidikan, kecantikan, pelayaran, retail, dan telekomunikasi.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : BisnisIndonesia.id

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper