Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menjaga Tarian Karang dari Tepian Sungai Pinang

Kenaikan suhu permukaan laut pada 2016 menyisakan pekerjaan untuk perbaikan gugusan terumbu di Nagari Sungai Pinang. Butuh komitmen untuk pulih dan bangkit.
Komunitas Andespin, Pesisir Selatan tengah memeriksa ikatan transplantasi terumbu karang yang mereka tanam sebelumnya./Istimewa.
Komunitas Andespin, Pesisir Selatan tengah memeriksa ikatan transplantasi terumbu karang yang mereka tanam sebelumnya./Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA - Dua ekor nemo (clownfish) merah bersembunyi ke dalam karang yang terjurai saat kamera mendekat. Seekor ikan lainnya berwarna kuning, terlihat lebih berani. Tak bersembunyi, hanya memilih menjauh untuk kemudian mendekat kembali.

Tarian nemo di gugusan karang yang terdapat di tepian laut Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatra Barat itu kian hari makin indah. Nagari yang berbatasan dengan Kawasan Wisata Mandeh –Raja Ampatnya Sumatra Barat- kini makin banyak diminati sebagai titik selam (diving spots). Tak hanya nemo, gugusan karang itu juga menjadi rumah bagi jutaan ikan dan makhluk laut seperti gurita, timun laut, penyu, hingga bintang laut mahkota duri.

“Pada 2016 suasananya jauh berbeda. Banyak karang rusak karena mendadak terjadi bleaching,” tutur Indrawadi, penyelam dari Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatra Barat (Sumbar) bercerita pada Bisnis, Sabtu (31/12/22).

Pada tahun itu memang menjadi periode yang mengguncang untuk terumbu karang, tidak hanya di Sungai Pinang tetapi juga di sebagian besar pantai barat Sumatra. Pemutihan (coral bleaching) akibat pemanasan global membuat terumbu karang rusak. Hampir semua koloni terumbu karang genus Acropora yang banyak berada di perairan Sungai Pinang terdampak. Jenis lain yang ikut terimbas  adalah karang meja (acropora tabulate), karang lunak (soft coral) dan karang massive (porites).

Kenaikan suhu air laut memang bukan kali itu saja terjadi. Menurut Indrawadi kejadian serupa pernah melanda sebagian perairan Sumbar pada 1998, 2000, dan 2010. Namun, sebelumnya pemutihan karang pada perairan di wilayah Wisata Mandeh termasuk Sungai Pinang tak pernah separah saat itu karena terlindungi gugusan pulau.

Berdasarkan pengukuran oleh Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LPSDKP), Bungus, Padang diketahui suhu permukaan laut Perairan Sumatra Barat rata-rata pada pertengahan 2016 itu mencapai 31-32 derajat celcius. Sedangkan pada kedalaman 2-5 meter suhunya berkisar 30 derajat celcius. Suhu ideal perairan laut adalah di rentang 25-28 derajat celcius.

“Butuh waktu untuk pemulihan terumbu karang agar bisa tumbuh lagi,” ujar Indrawadi. 

Rusaknya terumbu karang membuat pemuda dan warga tergerak. Beberapa pemuda yang tergabung dalam komunitas menyelam Anak Desa Sungai Pinang (Andespin) duduk bersama menemukan solusi.

Sejak dirintis pada 2014, Andespin banyak beraktivitas dalam kegiatan menyelam dan ekowisata. Namun, pemutihan karang yang terjadi membuat komunitas yang diketuai David Hidayat itu berpikir harus bergerak lebih jauh dari sekadar menyelam saja.

Atas dasar kesadaran untuk pemulihan yang juga berdampak pada wisata, David dan komunitasnya berembuk dengan pemuka Nagari. Pertemuan itu menjadi cikal bakal lahirnya Andespin Deep West Sumatera. Kelompok penyelam yang mendorong ekoturisme dengan menawarkan pesona pantai, aktivitas nelayan, dan bawah laut yang indah sebagai bagian dari ekosistem kawasan wisata bahari Mandeh.

Andespin sendiri menetapkan Wali Nagari Sungai Pinang sebagai penasehat. Peralatan menyelam yang digunakan juga disokong oleh pemerintahan setingkat desa itu.

"Awalnya kami dibantu dana desa untuk membeli empat set alat selam," ujar David mengenang.

Tidak berhenti di wisata, Andespin Deep West Sumatera juga menjalankan konservasi laut dan pesisir di wilayah Nagari Sungai Pinang. Perbaikan ekosistem karang menjadi salah satu prioritas yang masuk dalam program kerja Andespin Deep West Sumatera. Sejak 2016, setiap aktivitas menyelam dengan wisatawan diarahkan untuk melakukan penanaman terumbu karang.

“Kami lakukan dengan acak," kata David.

Menjaga Tarian Karang dari Tepian Sungai Pinang

Pertemuan pemuda dan masyarakat Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatra Barat./Istimewa. 

Kawasan Terumbu Karang Terpadu

Seiring berjalan waktu, penanaman terumbu karang secara acak yang dilakukan David bersama komunitas Andespin mulai menemukan bentuk. Mereka menyusun pola penanaman kembali dengan metode transplantasi. Kelompok ini juga menggandeng beberapa pihak untuk terlibat.

“Kami mengamati tutupan terumbu karang yang aktif dan mati di kawasan perairan serta gugusan pulau di Nagari Sungai Pinang,” ulas David.

Selain melibatkan pemuda dan masyarakat tempatan, kegiatan Andespin tak jarang pula melibatkan mahasiswa. Setiap ada komunitas selam atau mahasiswa yang melakukan tugas penelitian dan pengabdian di Sungai Pinang diajak ikut kegiatan konservasi terumbu karang. Tak hanya mendapat ilmu, mereka juga memperoleh pengalaman langsung dari kegiatan transplantasi karang.

Konsistensi melakukan konservasi terumbu karang membuat Andespin dilirik Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Padang, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan. Terlebih lagi setelah komunitas itu berbadan hukum pada Agustus 2018.

Dua tahun kemudian, pada 2020 Andespin memperoleh penetapan sebagai konservasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatra Barat. Dengan bekal penetapan itu, mereka mendapat kuasa dari Kementerian Perikanan dan Kelautan untuk melakukan transplantasi terumbu karang di lahan seluas 4 hektare.

"Sejak berdiri Andespin sudah menanam 9.000 bibit, dengan izin dari pemerintah [transplantasi terumbu karang kegiatan] kami menjadi lebih terpusat. " jelas David.

Untuk meningkatkan tutupan, kolaborasi dengan beragam pemangku kepentingan dijalankan. Kerjasama dengan pemerintah daerah, badan usaha milik negara (BUMN), dan sejumlah perusahaan bersama komunitas di nagari mempercepat hadirnya tutupan terumbu karang lebih merata dalam kawasan Sungai Pinang.   

"Hasilnya baik. Setahun bisa tumbuh 1-3 centimeter," ujarnya. 

Upaya konservasi bawah laut dia yakini menjadi jalan agar kampungnya tetap sejahtera. Melimpahnya ikan, menjadi tujuan ekowisata, dan alam yang tetap terjaga. Ekonomi rumah tangga di Nagari Sungai Pinang yang didominasi nelayan tetap hidup.

Tak saja di kedalaman laut, Andespin juga memfasilitasi rumah literasi sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Uniknya, rumah literasi ini juga dipadukan dengan pendidikan ekowisata. Anak-anak bisa membaca sekaligus mendapat tambahan pengetahuan tentang menyelam dan konservasi laut.

Masyarakat sekitar terutama ibu-ibu juga mendapat manfaat tambahan dengan upaya konservasi yang sedang dilakukan Andespin. Sekali waktu mereka memfasilitasi pelatihan pengembangan budidaya rumput laut.  Selain bisa menjadi alternatif sumber ekonomi saat tangkapan menurun, tanaman rumput laut juga dinilai potensial sebagai ekonomi baru yang cocok untuk kawasan pantai Sumatra Barat.

Ada juga kegiatan budidaya mangrove dan cemara laut sebagai upaya rehabilitasi kawasan pantai dan muara sungai untuk melindungi dari abrasi. Pada 2020, David bersama komunitas Andespin mendapat sarana pengolahan kopi dan batik mangrove dari pemerintah. Pelatihan pengolahan produk turunan mangrove juga menjadi modal bagi masyarakat Sungai Pinang untuk bertahan dan bangkit melawan tekanan ekonomi akibat Pandemi Covid-19.

“Saya yakin meski tinggal di desa, masyarakat Sungai Pinang khususnya dan pemuda Indonesia umumnya bisa bangkit untuk menjadi lebih baik,” ujar David.

Meski begitu ia menyadari masih banyak mimpi yang harus diperjuangkan. David mengatakan Andespin Deep West Sumatra ingin kegiatan konservasi yang sudah dimulai bisa berlanjut dan terus memberikan manfaat kepada masyarakat. Semangat David ini pula yang kemudian membuat ia mendapat apresiasi dari PT Astra International Tbk. (ASII) dalam Satu Indonesia Award (SIA) 2022.

Bersama lima pemuda inspiratif dari seluruh Indonesia lainnya, David terpilih menjadi penerima SIA 2022 untuk kategori lingkungan. Djony Bunarto Tjondro, Presiden Direktur Astra menyebutkan perusahaan menilai para penerima SIA 2022 memiliki semangat yang sama dengan aspirasi sustainability 2030 yang telah dicanangkan perusahaan.

"SIA ke-13 ini sebagai wujud apresiasi Astra kepada semangat keberagaman anak muda di seluruh Indonesia, yang bersatu membangun bangsa dengan memberi manfaat bagi masyarakat di sekitarnya," ujar Djony.

Bagi David, apresiasi dari Astra melalui Satu Indonesia Award menjadi pengungkit untuk terus berkarya. Ia percaya, semangat bangkit akan menjadi energi untuk wujudkan lingkungan dan kehidupan yang lebih baik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper