Bisnis.com, JAKARTA - China mulai mengerjakan proyek energi terbarukan senilai 80 miliar yuan atau Rp 172 Triliun di Mongolia Dalam. Proyek ini merupakan bagian dari peluncuran tenaga listrik bersih secara besar-besaran untuk mencapai target iklim ambisius Negeri Panda tersebut.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (30/12/2022), salah satu kontraktor, China Three Gorges Group, mengungkapkan proyek yang terletak di Gurun Kubuqi ini akan memiliki kapasitas pembangkit 16 gigawatt setelah selesai dikerjakan. Fasilitas ini akan menjadi proyek terbarukan terbesar di dunia di wilayah gurun pasir.
Nantinya, proyek ini mampu mengalirkan listrik 40 miliar kilowatt-hour (kwh) ke China, Tianjin, dan provinsi Hebei setiap tahunnya, dengan lebih dari setengahnya berasal dari tenaga bersih.
Dilansir dari Xinhua, proyek ini akan mencakup 8 gigawatt tenaga surya dan 4 gigawatt energi angin, ditambah 4 gigawatt tenaga batu bara yang ditingkatkan untuk menyesuaikan permintaan puncak.
Basis energi bersih adalah bagian dari rencana China untuk membangun pembangkit listrik energi terbarukan dengan kapasitas 450 gigawatt, terutama di daerah pedalaman yang luas. China bulan lalu mengumumkan telah mulai membangun pembangkit dengan kapasitas 95 gigawatt pada tahap pertama.
China menargetkan memiliki pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB) dan surya (PLTS) sebesar 1.200 gigawatt dan tahun 2030, tahun di mana negara tersebut menargetkan puncak emisi karbon.
Baca Juga
Meski demikian, China Three Gorges tidak memberikan kerangka waktu untuk penyelesaian proyek di Mongolia tersebut, tetapi fase konstruksi saat ini termasuk pembangunan PLTS dengan kapasitas 1 gigawatt dilengkapi dengan penyimpanan energi.
Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara mengungkapkan basis energi adalah salah satu dari 22 proyek tenaga terbarukan yang diluncurkan Three Gorges, dengan kapasitas gabungan yang direncanakan sebesar 19,6 gigawatt dan total investasi 101 miliar yuan.