Bisnis.com, JAKARTA -- GMR Group menyatakan minatnya untuk ikut mengembangan Bandar Udara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, saat menerima kunjungan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kamis (15/12/2022).
Untuk diketahui, sebelumnya GMR telah bergabung bersama PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II dalam mengelola Bandar Udara Kualanamu, Sumatra Utara, sebagai international hub.
Menurut Pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (JAPRI) Gerry Soejatman, Bandara Kertajati masih memiliki potensi besar untuk pengembangan di masa depan.
Kendati demikian, dia menyebut rencana skema kerja sama antara GMR dan Kertajati harus lebih diperjelas lantaran bandara khusus umroh itu berbeda dengan bandara lainnya.
"Skemanya yang bisa dilakukan masih belum jelas karena struktur usaha Kertajati beda dari yang lainnya, di mana AP II menjadi operator teknis bandara, dan minority shareholder di BIJB [BUMD pengelola bandara Kertajati], makanya masih membahas potensi kerja samanya," ujar Gerry, Senin (19/12/2022).
Gerry pun menilai Bandara Kertajati masih butuh pemasukan lagi, karena penerbangan penumpang di sana masih minim kendati sudah mulai melayani penerbangan umroh.
Untuk jangka panjang, Bandara Kertajati dinilai memiliki potensi besar sebagai hub kargo karena lokasinya yang cukup strategis.
"Bandara Kertajati memiliki potensi besar sebagai cargo hub karena lokasinya yang menyambung dengan jalan tol Pantura yang menjadi jalur kritis logistik dan industri," terangnya.
Guna mengoptimalkan potensi tersebut, Gerry menyampaikan bahwa Bandara Kertajati membutuhkan rencana pemasaran yang bisa menarik penumpang, utamanya warga yang berada di Subang dan Tegal.
Sebelumnya, pada lawatan ke India, Menhub Budi Karya bertemu dengan Managing Director & CEO GMR. Dia menyampaikan peluang perluasan kerja sama investasi pengembangan bandara selain Kualanamu.
Budi Karya menyebut GMR diharapkan bisa ikut mengembangkan Bandara Kertajati yang saat ini telah mulai melayani kembali penerbangan untuk umroh.
"Dalam kesempatan tersebut GMR pun menyatakan minatnya dan akan melakukan pembahasan lebih lanjut dengan para pihak terkait," demikian dikutip dari keterangan resmi Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kamis (15/12/2022).
Selain itu, kerja sama bilateral antara Indonesia dan India di sektor penerbangan sebenarnya telah terjalin sejak penandatanganan Air Services Agreement pada 25 Januari 2011. Pada kunjungannya kali ini, Budi Karya bermaksud untuk meningkatkan kerja sama tersebut.
Sebelum pandemi Covid-19, maskapai dari kedua negara telah menjalin konektivitas reguler. Garuda Indonesia, Batik Air dan AirAsia Indonesia telah melakukan penerbangan dari Indonesia ke Mumbai dan Chennai.
"Kita akan berupaya meningkatkan kembali konektivitas udara antara kedua negara bisa kembali normal seperti di masa sebelum pandemi Covid-19, bahkan bisa melebihi untuk menangkap demand yang cukup tinggi di kedua negara," kata Budi Karya.