Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Dapat Utang Baru US$500 Juta dari ADB, untuk Apa?

Indonesia mendapat pinjaman baru senilai US$500 juta atau sekitar Rp7,8 triliun dari Asian Development Bank (ADB).
Ilustrasi PLTS atap./Istimewa
Ilustrasi PLTS atap./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia mendapat pinjaman baru senilai US$500 juta atau sekitar Rp7,8 triliun dari Asian Development Bank (ADB). Utang baru ini nantinya untuk mempromosikan pemulihan hijau dari pandemi Covid-19, serta meningkatkan keberlanjutan dan tata kelola fiskal. Pemerintah juga diharapkan dari utang ini dapat memperluas investasi sektor swasta di bidang energi bersih dan terbarukan.

Spesialis Energi Senior ADB Yuki Inoue menyampaikan bahwa pihaknya juga mengelola pinjaman senilai US$15 juta bagi subprogram ketiga pada Program Energi Berkelanjutan dan Inklusif yang didanai oleh Dana Infrastruktur Asean (Asean Infrastructure Fund) melalui Asean Catalytic Green Finance Facility (ACGF).

Selain itu, proyek ini juga akan mendapatkan pembiayaan bersama setara US$292 juta dari Kerjasama Pembangunan Jerman (German Development Cooperation), melalui KfW, serta US$60 juta dari Economic Development Cooperation Fund.

“Program ini mendukung pemerintah dalam pelaksanaan kerangka kebijakan guna mencapai keuangan berkelanjutan di sektor energi dan meningkatkan akses energi, sekaligus komitmen untuk bertransisi ke energi bersih.” katanya dalam keterangan resmi, yang dikutip Bisnis, Rabu (30/1/2022).

Yuki menjelaskan, dana pinjaman baru ini untuk meneruskan program sebelumnya yang mendukung reformasi pemerintah Indonesia di sektor energi sejak 2014 hingga 2017, dan selaras dengan prioritas operasional ADB berdasarkan strategi 2030.

Subprogram tersebut mencakup reformasi tarif listrik dan penargetan subsidi yang lebih tepat, dengan dukungan bagi golongan yang lebih rentan, termasuk rumah tangga dengan perempuan sebagai kepala keluarga.

Langkah-langkah ini kata Yuki telah membawa penghematan bahan bakar yang signifikan dan subsidi listrik selama periode program, sehingga membantu pemerintah untuk dapat mengelola kenaikan tajam harga energi internasional pada 2022.

Dana jumbo ini juga diharapkan memberi ruang mendukung inisiatif pemerintah dalam mengedepankan produksi energi terbarukan dengan mekanisme penetapan harga baru, peraturan untuk mempromosikan sistem pembangkit listrik tenaga surya terapung, sistem surya fotovoltaik di atap bangunan, kendaraan listrik, serta berbagai standar dan langkah-langkah efisiensi energi.

Terkait Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan dan Mekanisme Transisi Energi yang telah diumumkan pada pertemuan G20 di Bali pada November 2022, Yuki mengatakan bahwa program tersebut juga mendukung komitmen pemerintah untuk mengembangkan strategi pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Indonesia serta transisi energi bersih, yang akan menjadi fokus dukungan ADB bagi sektor energi Indonesia kedepannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper