Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Resesi Mengintai, BI Waspadai 5 Fenomena Global Ini

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan berdasarkan asesmen terkini, terdapat lima fenomena global yang perlu diwaspadai ke depan.
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI), Kamis (20/10/2022). BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 50 basis poin menjadi 4,75 persen./Youtube Bank Indonesia.
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI), Kamis (20/10/2022). BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 50 basis poin menjadi 4,75 persen./Youtube Bank Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, bahkan risiko resesi meningkat di sejumlah negara.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan berdasarkan asesmen terkini, terdapat lima fenomena global yang perlu diwaspadai ke depan.

Pertama, perlambatan pertumbuhan ekonomi global. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 2,6 persen pada 2023, melambat dari pertumbuhan tahun ini yang diperkirakan sebesar 3 persen. Pertumbuhan pada 2023 pun berpotensi lebih rendah dari perkriaan 2,6 persen.

“BI perkirakan ekonomi global tahun ini 3 persen, tahun depan 2,6 persen dengan kemungkinan risiko ke bawah,” kata Perry dalam konferensi pers, Kamis (20/10/2022).

Perlambatan ekonomi terutama terjadi di Amerika Serikat (AS), diperkirakan tumbuh sebesar 1,2 persen pada 2023, melambat dari perkiraan pertumbuhan tahun ini sebesar 1,5 persen. Perlambatan juga diperkirakan terjadi di Eropa, China, dan negara berkembang.

Kedua, tingkat inflasi global yang sangat tinggi, baik di negara maju dan berkembang, yang disebabkan oleh gangguan rantai pasok dan diperparah dengan perang Rusia dan Ukraina.

Ketiga, kenaikan suku bunga yang agresif di negara maju sebagai respons untuk mengendalikan tingginya inflasi, terutama di AS. BI memperkirakan suku bunga di AS masih berpotensi meningkat tinggi menjadi 4,5 persen pada 2022 dan mencapai 4,75 persen pada 2023.

“Kenaikan suku bunga ini belum tentu bisa segera menurunkan risiko inflasi di negara maju, karena inflasi tidak hanya disebabkan oleh sisi permintaan, tapi juga dari sisi supply, disinilah muncul risiko stagflasi, bahkan di sejumlah negara, dan probabilitas AS memasuki resesi meningkat, terakhir 50 persen,” jelasnya.

Keempat, kenaikan suku bunga the Fed yang agresif telah mendorong penguatan dolar AS, dengan indeks yang mencapai level tertinggi 114 pada 28 September 2022.

Bahkan, jika dihitung dari pertengahan 2021, penguatan dolar AS hampir mencapai 25 persen dan ini menyebabkan pelemahan mata uang dunia, termasuk ke negara berkembang.

Kelima, risiko dari persepsi investor. Di tengah ketidakpastian yang tinggi, Perry mengatakan bahwa ada kecenderungan investor menarik dana dari negara berkembang dalam bentuk investasi portofolio dan menumpuknya dalam bentuk tunai.

Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur Oktober 2022, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen.

Perry mengatakan, keputusan kenaikan tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi atau overshooting.

Kebijakan ini juga untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang disebabkan oleh penguatan dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper