Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jika China Resesi, Ekonomi Indonesia Bakal Turun hingga 0,3 Persen

Ekonom Celios memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat turun hingga 0,3 persen di 2023 jika China mengalami resesi.
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Presiden China Xi Jinping saat tiba untuk melaksanakan pertemuan bilateral di Villa 14, Diaoyutai State Guesthouse, Beijing, China, Selasa (26/7/2022). Kedua pemimpin negara tersebut melakukan pertemuan bilateral membahas penguatan kerja sama ekonomi hingga isu kawasan dan dunia. ANTARA FOTO/Biro Pers Setpres/Laily Rachev/sgd/rwa.
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Presiden China Xi Jinping saat tiba untuk melaksanakan pertemuan bilateral di Villa 14, Diaoyutai State Guesthouse, Beijing, China, Selasa (26/7/2022). Kedua pemimpin negara tersebut melakukan pertemuan bilateral membahas penguatan kerja sama ekonomi hingga isu kawasan dan dunia. ANTARA FOTO/Biro Pers Setpres/Laily Rachev/sgd/rwa.

Bisnis.com, JAKARTA - Center of Economic and Law Studies atau Celios menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terdampak jika China mengalami resesi

Direktur sekaligus Ekonom Celios Bhima Yudhistira meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat turun hingga 0,3 persen di 2023.

“Jadi, yang tadinya tumbuh 5 persen mungkin hanya 4,7 persen. Itu konsekuensi kalau China betul-betul mengalami resesi ekonomi,” kata Bhima kepada Bisnis, Rabu (6/10/2022).

Mengutip data Trading Economics, Kamis (6/10/2022), pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2022 tercatat sebesar 4,8 persen (year-on-year/yoy). Namun, ekonomi China hanya mampu tumbuh sebesar 0,4 persen pada kuartal II/2022. 

Saat ini, dunia tengah menantikan angka pertumbuhan ekonomi China di kuartal III/2022. Sebab, apabila ekonomi terbesar kedua dunia itu berkontraksi, kemungkinan terjadinya resesi global kian meningkat.

Menurut Bhima, potensi terjadinya resesi ekonomi di China jauh lebih berisiko dan lebih sistemik dampaknya terhadap ekonomi Indonesia, dibandingkan dengan inflasi atau ancaman resesi di negara-negara Barat seperti AS maupun Eropa.

“Kenapa? Karena porsi ekspor Indonesia ke China 21 persen, kemudian impor dari China dari data terakhir itu 30 persen lebih,” ujarnya.

Dengan demikian, dampaknya akan langsung terasa kepada permintaan komoditas bahan baku Indonesia yang akan diekspor ke China. Selain itu, ini juga berpengaruh terhadap nilai tukar Rupiah. 

Apalagi, lanjut Bhima, China sedang menghadapi bubble (gelembung) di sektor properti yang mungkin dapat berpengaruh terhadap beberapa sektor perekonomian, misalnya, terkendalanya investasi China yang ada di Indonesia dan dari sisi pendanaan ke startup juga akan berpengaruh.

“Jadi, winter atau ancaman resesi yang ada di china ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek. Mungkin 2023, kalau China resesi perekonomian Indonesia akan menurun sampai 0,3 persen,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper