Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Pangan Tak Terlalu Pengaruhi Kawasan Asia Timur dan Pasifik Tapi…

Wilayah Asia Timur dan Pasifik berada di posisi relatif baik dalam penilaian kerentanan pangan.
Bank Dunia atau World Bank/Istimewa
Bank Dunia atau World Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Posisi kawasan Asia Timur dan Pasifik relatif tidak terlalu rentan di tengah meningkatnya kekhawatiran krisis pangan global, namun langkah mitigasi diperlukan untuk menghadapi ancaman krisis pangan global.

Bank Dunia dalam laporan terbarunya menunjukkan dalam empat bulan terakhir, tingkat inflasi negara-negara Asia Timur dan Pasifik  berada dalam rentang 0-2 persen, sebanding dengan AS, Kanada, Inggris, Prancis, dan Afrika Selatan. 

sumber: Bank Dunia
sumber: Bank Dunia

Selain itu, wilayah Asia Timur dan Pasifik berada di posisi relatif baik dalam penilaian kerentanan pangan. Skor paparan pangan menunjukkan bahwa wilayah Asia Timur dan Pasifik bersama dengan Asia Selatan termasuk wilayah yang paling tidak rentan terhadap krisis pangan. 

Krisis Pangan Tak Terlalu Pengaruhi Kawasan Asia Timur dan Pasifik Tapi…

Di lain sisi, wilayah ini juga secara struktural tak terlalu terkena dampak dari guncangan yang ditimbulkan oleh perang Rusia-Ukraina. 

Sebagaimana diketahui, dunia dihantui krisis pangan sejak berlangsungnya perang di Ukraina, lantaran Rusia, Ukraina, dan Belarusia mewakili 16 persen dari ekspor sereal, terutama gandum, 10 persen dari ekspor minyak hewani/nabati, dan 21 persen dari ekspor pupuk.

Kendati demikian, Bank Dunia memperingatkan dampak langsung yang relatif terbatas pada negara-negara Asia Timur dan Pasifik, kecuali Mongolia.

“Gandum menyumbang persentase kecil dari konsumsi sereal di negara-negara EAP (East Asia and Pacific). Demikian pula impor minyak bunga matahari/sunflower menyumbang sebagian kecil dari total impor minyak dan lemak nabati di negara-negara EAP. Namun, sekitar seperempat impor pupuk negara-negara EAP berasal dari Rusia, Ukraina, dan Belarusia. Dengan demikian, dampak ini akan terasa paling kuat, baik secara langsung melalui pembatasan perdagangan maupun secara tidak langsung melalui kenaikan harga,” tulis Bank Dunia dalam laporan terbarunya, dikutip Selasa (27/9/2022).

Sementara itu, harga beras di wilayah ini stabil sepanjang krisis berlangsung dibandingkan gandum atau jagung sehingga menopang ketahanan pangan kawasan Asia Timur dan Pasifik. 

Meski tak terlalu dipengaruhi oleh krisis pangan,  kawasan Asia Timur dan Pasifik diminta untuk tak berpangku tangan. Bank Dunia melihat, perlu adanya langkah-langkah mitigasi di tengah ancaman terhadap ketahanan pangan.

Pasalnya, insiden kerawanan pangan yang parah telah meningkat di negara-negara Asia Timur dan Pasifik. 

Berdasarkan data Bank Dunia, di Asia Tenggara, jumlah orang yang rawan pangan parah hampir dua kali lipat sejak 2014 dengan 15,2 juta orang dan 28,0 juta pada 2021. Pada tahun-tahun itu, prevalensi kerawanan pangan parah telah meningkat dari 2,4 menjadi 4,1 persen.

Di Oseania, jumlah orang yang  rawan pangan parah juga meningkat dua kali lipat sejak 2014, dari 1,0 juta orang menjadi 2,0 juta pada tahun 2021. Perubahan prevalensi kerawanan  pangan parah sangat signifikan, meningkat dari 2,5 menjadi 4,5 persen.

Di Asia Timur, jumlah orang yang sangat rawan pangan telah meningkat dari 13,2 juta di 2014 menjadi 17,4 juta di 2021. Pada tahun-tahun tersebut, prevalensi kerawanan pangan parah sedikit meningkat, dari 0,8 menjadi 1,0 persen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper