Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menagih janji negara-negara maju yang akan membantu memberi kucuran dana US$100 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk penanganan perubahan iklim, seperti mempercepat transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT). Sayangnya, janji tersebut masih belum terealisasi hingga sekarang.
Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM menekankan, perhelatan Presidensi G20 harus kesempatan bagi Indonesia untuk mendiskusikan kembali mengenai bantuan tersebut. Sehingga realisasi percepatan transisi energi di Indonesia dapat segera terlaksanakan.
"Mereka sudah berjanji US$100 miliar untuk mensupport penurunan emisi gas rumah kaca. Ini juga menjadi salah satu topik yang akan didiskusikan kembali, sehingga ada hal-hal yang konkrit dan real," tegas Dadan, pada acara Special Dialogue: Akselerasi Transisi Energi Dalam Perwujudan Ekonomi Hijau yang disiarkan oleh IDX Channel, Jumat (11/03/2022).
Manfaat yang dirasakan Indonesia, lanjur Dadan selaku Presidensi G20 2022 akan cukup besar. Dari sisi tuan rumah, Indonesia memiliki wewenang untuk mengusulkan topik apa saja yang dibahas dengan tetap menomorsatukan kepentingan nasional.
Pada gelaran G20 ini, Indonesia mengusung tiga hal. Pertama, memastikan akses masyarakat terhadap energi tetap terjamin, terjangkau dan tersedia. Mengingat sebagai negara berkembang, Indonesia masih memiliki tantangan untuk memastikan seluruh masyarakat mendapat akses listrik. Selanjutnya yang kedua yakni pemanfaatan teknologi dan ketiga yaitu terkait pendanaan.
"Tiga hal ini sangat penting buat Indonesia untuk mempercepat transisi energi ini," tutup Dadan.