Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

McKinsey: Butuh Investasi Rp131,98 Triliun per Tahun untuk Capai Target Bebas Emisi pada 2050

Studi McKinsey mengungkapkan kebutuhan dana pembangunan infrastruktur rendah karbon mencapai lebih dari US$3,5 triliun per tahun.
Pembangkit listrik tenaga angin di China/ Bloomberg
Pembangkit listrik tenaga angin di China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - McKinsey & Co., memperkirakan kebutuhan investasi di sektor infrastruktur dan sistem untuk memenuhi target bebas emisi bakal mencapai US$9,2 triliun per tahun hingga 2050.

Dilansir Bloomberg pada Selasa (25/1/2022), dari analisis tersebut, diperlukan dana lebih dari US$3,5 triliun per tahun daripada level saat ini baik untuk infrastruktur rendah karbon maupun bahan bakar fosil.

Analis McKinsey berusaha mencari tahu, seperti perubahan perilaku apa saja yang diperlukan dan seberapa besar investasi yang diperlukan untuk meminimalisir dampak polusi gas rumah kaca hingga 2050.

Berdasarkan temuannya, penggunaan batu bara harus dieliminasi secara global pada 2050, produksi minyak dan gas harus diturunkan masing-masing sebesar 55 persen dan 70 persen. Selain itu, sebanyak 200 juta pekerjaan baru akan menggantikan 185 juta posisi pekerjaan yang tidak lagi dibutuhkan oleh ekonomi global.

Sementara itu, target bebas emisi juga akan meningkatkan harga listrik hingga seperempatnya sampai 2040 dana akan terus naik 20 persen pada 2050.

Tidak ada yang tahu persis kerusakan yang akan ditimbulkan oleh perubahan iklim yang tidak terkendali di dunia. Namun, para peneliti mengatakan jumlah orang yang terdampak akan jauh lebih berat daripada biaya untuk menghindarinya.

Untuk itu, negara-negara berkembang berada dalam posisi terjepit karena mereka harus menghabiskan uang paling banyak untuk membangun infrastruktur baru dari total PDB mereka. Misalnya, negara seperti di sub Sahara Afrika dan India harus menyiapkan 10,8 persen dari total PDB mereka untuk pembangunan ini, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan AS yang hanya 6,4 persen.

Benua seperti Amerika juga mencatat adanya disparitas, yakni sebanyak 44 negara bagian di AS memiliki lebih dari 10 persen dari total tenaga kerja mereka yang bergantung pada industri bahan bakar fosil atau produksi kendaraan. Mereka juga berisiko kehilangan pekerjaan, kecuali pemerintah memberlakukan kebijakan transisi dan pelatihan ulang.

"Ketika kita berpikir tentang teknologi, kita mungkin berpikir lebih jauh dari yang orang-orang bayangkan. Sekitar 85 persen dari pengurangan emisi yang kita butuhkan untuk bebas emisi di Eropa bisa dengan teknologi yang ada saat ini," ujar mitra McKinsey Global Institute Mekala Krishnan yang juga ikut menulis laporan ini.

Laporan tersebut melengkapi analisis McKinsey pada Januari 2020 yang memprediksi dampak fisik dari perubahan iklim. Dari sejumlah penelitian tentang perubahan iklim, upaya transisi energi tidak akan berdampak lebih berbahaya ketimbang dampak perubaham iklim itu sendiri.

Penulis menggarisbawahi transisi yang strategis dan terkoordinasi akan menghabiskan dana lebih terjangkau ketimbang transisi ad hoc dan reaktif.

“Ini benar-benar masalah global yang membutuhkan solusi global. Ini akan membutuhkan tingkat kerja sama dan tekad, dan kesatuan tujuan yang melampaui apa yang telah terjadi di masa lalu," kata Hamid Samandari, mitra senior dan rekan penulis McKinsey.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper